Bisnis.com, JAKARTA – PT Adiputro Wirasejati kebanjiran pesanan persiapan hari raya Idulfitri 2018. Perusahaan karoseri yang berbasis di Malang, Jawa Timur ini telah menutup pesanan untuk hari raya umat Islam tersebut sejak awal tahun.
Marketing Bus PT Adiputro Wirasejati Jimmy mengatakan sudah menerima lebih dari 300 unit sejak akhir tahun lalu hingga Januari 2018.
“Kami punya pembatasan produksi, karena kendala sumber daya manusia agar bisa menjaga kualitas,” katanya kepada Bisnis di Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (Giicomvec) 2018, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Ahad (4/3/2018).
Jimmy menjelaskan kondisi tahun ini jauh berbeda dibandingkan dengan tahun lalu. Pesanan yang masuk menjelang lebaran 2017 tidak sebanyak 2018. Pada tahun lalu pesanan bus untuk kebutuhan lebaran ditutup pada Maret. “Angkanya pun tidak sampai 300 unit,” katanya.
Menurutnya hal ini disebabkan oleh penambahan dan perbaikan infrastruktur jalan. Perusahaan otobus pun mempunyai keleluasaan dalam berhitung karena biaya operasional akibat kemacetan turun.
Secara total pada tahun lalu Adiputro menerima pesanan lebih dari 1.400 unit. Sebanyak 80% di antaranya adalah mesin dan sasis dalam kondisi baru, sedangkan 20% sisanya adalah peremajaan.
Baca Juga
Satu permasalahan industri karoseri saat ini adalah kesiapan pabrikan otomotif memproduksi sasis dan mesin. Seringkali waktu produksi tertunda akibat hal tersebut. “Mereka itu punya rentang waktu tertentu. Seperti tahun lalu Hino lebih fokus untuk truk, jadi busnya terhambat,” katanya.
Pada tahun ini diperkirakan hal itu tidak kembali terulang. Pabrik perakitan sudah bersiap mengantisipasi permintaan pasar. Begitu pula dengan karoseri Laksana. Pada tahun lalu perakit kendaraan niaga yang berbasis di Jawa Tengah ini memproduksi sekitar 1.200 unit, atau naik 10% dibandingkan 2016.
Brand and Marketing Communication Manager Karoseri Laksana Factory Candra Dewi K. memperkirakan bahwa tahun ini pasar bus terus membaik. “Selain sasis baru, peremajaan akan jalan terus,” katanya.
Saat ini Laksana tengah fokus pada pengembangan mesin yang lebih modern dan riset mengenai keselamatan berkendara. Kapasitas produksi yang saat ini sebanyak 1.500 unit per tahun dirasa belum perlu ditambah.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan dan produksi bus secara tobal belum membaik. Sepanjang tahun lalu tercatat penurunan 2,73% penjualan pabrik ke diler dibandingkan dengan 2016, atau menjadi 3.851 unit.
Dari 3 kategori yang dicatat Gaikindo, hanya bus dengan gross vehicle weight (GVW) 10 ton—24 ton yang membukukan capaian positif. Segmen ini naik 6,44% menjadi 1.933 unit.
Sementara itu dari kolom produksi, belum ada laporan positif. Sepanjang 2017 produksi bus di Indonesia turun 46,53% dibandingkan 2016, atau menjadi 2.550 unit. Bus dengan GVW 5—10 ton turun 64,86%, sedangkan GVW 10—24 ton merosot 11,88%.