Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penurunan Penjualan Mobil di AS Terus Berlanjut

Autodata Corp mengungkapkan total penjualan merosot 0,5% menjadi 1,4 juta unit di bulan September dipicu menurunnya permintaan terhadap mobil dan kendaraan jenis truk baru.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan penjualan kendaraan di AS terus berlanjut hingga bulan keempat (year-on-year).

Autodata Corp mengungkapkan total penjualan merosot 0,5% menjadi 1,4 juta unit di bulan September dipicu menurunnya permintaan terhadap mobil dan kendaraan jenis truk baru.

Performa buruk tersebut turut dipicu menurunnya penjualan dari sejumlah manufaktur otomotif seperti Fiat Chrysler yang turun 1% serta Volkswagen dan Ford yang juga merosot 8% masing-masing.

Namun kenaikan penjualan juga dicatat sejumlah produsen otomotif seperti Nissan dan Subaru yang masing-masing menanjak 4,9% dan 4% serta Toyota yang turut naik 1,5%.

Meskipun demikian, nilai penjualan masih mendekati titik tertinggi dalam sejarah dan sejumlah analis optimis total penjualan tahun 2016 mampu melampaui rekor 17,5 juta unit di tahun lalu. Proyeksi tersebut turut didukung kondisi yang menguntungkan saat ini seperti rendahnya suku bunga dan harga bahan bakar gas.

Tampaknya popularitas mobil baru masih berada di bawah bayang-bayang penjualan mobil bekas. Data menyebutkan bahwa 30% dari jumlah mobil baru yang ada telah disewakan atau naik 20% pada lima tahun lalu.

Selanjutnya ada 500 ribu unit kendaraan yang sudah tidak disewakan akan berada di pasar mobil bekas pada tahun ini dan tahun depan.

Kondisi ini memaksa para manufaktur otomotif untuk mendorong penjualan lebih keras dengan memberikan insentif. Bulan lalu, pengeluaran insentif mencapai rekor US$3.923 per kendaraan yang melampaui angka insentif di bulan Desember 2008 saat krisis resesi terjadi.

Di bulan September ini, BMW menawarkan insentif senilai US$6.732 per unit atau naik 44% dari tahun lalu. Sementara itu, Fiat Chrysler menghabis US$4.302 per unit untuk insentif atau naik 23%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yusran Yunus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper