Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GIIAS 2015: Kendaraan Rendah Emisi Tak Ekonomis jika Minyak Anjlok

Pengembangan kendaraan berbahan bakar energi alternative yang rendah emisi tidak akan efektif jika harga minyak dunia susut dari US$100 per barel.
Sejumlah pemusik memainkan sejumlah lagu yang suaranya dapat dinikmati layaknya konser dalam mobil New Honda CR-V 2.4L versi Fender audio di booth Honda GIIAS 2015 , ICE , Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (25/8)./Antara
Sejumlah pemusik memainkan sejumlah lagu yang suaranya dapat dinikmati layaknya konser dalam mobil New Honda CR-V 2.4L versi Fender audio di booth Honda GIIAS 2015 , ICE , Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (25/8)./Antara

Bisnis.com, TANGERANG— Pengembangan kendaraan berbahan bakar energi alternatif yang rendah emisi tidak akan efektif jika harga minyak dunia susut dari US$100 per barel.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri, mengatakan jika harga minyak dunia sampai di bawah US$50 per barel pengembangan semua jenis kendaraan energi alternatif tidak akan feasible.

“Alasannya adalah mahalnya biaya produksi kendaraan berenergi alternatif tidak seimbang dengan murahnya kendaraan berbahan bakar fosil karena harga minyak anjlok,” ucapnya di Pameran GIIAS, Tangerang Selatan, Rabu (26/8/2015).

Kendaraan rendah emisi volumenya masih kecil sehingga biaya produksinya mahal dan biaya operasional juga mahal karena infrastruktur belum rata. Kalau minyak anjlok, bensin jadi terus lebih murah lantas mobil-mobil listrik atau CNG semakin sedikit yang laku.

Namun, sejalan dengan menyusutnya cadangan minyak dunia, peralihan era kendaraan berbahan bakar fosil ke alternatif merupakan keharusan. Di sisi lain, bahan bakar dari energi alternatif seperti gas bumi dan listrik memang lebih ramah lingkungan karena emisi yang jauh lebih minim.

Kendaraan berbahan bakar gas bumi dinilai sebagai opsi  paling realistis untuk dijangkau Indonesia dalam waktu tak terlalu lama. Ketidak merataan infrastruktur stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) terus menjadi penghambat.

“Pemda harus inisiasi juga penyediaan SPBG,” ucap Faisal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper