Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian memastikan mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car/LCGC) bukan program musiman.
Sekretaris Jenderal Kemenperin Ansari Bukhori mengatakan komitmen terhadap LCGC bukan baru muncul sebulan, melainkan sejak bertahun lalu. Artinya, ketika kabinet berganti selepas 2014 program ini berhenti.
“Mudah-mudahan tidak begitu. Karena program ini mendorong pengembangan industri komponen jadi terus tumbuh,” ujarnya di sela acara Pameran Produk Indonesia (PPI) di Bandung, Kamis (26/9/2013).
Semangat menghadirkan mobil murah, selain menjawab permintaan pasar juga untuk merintis proyek mobil nasional. LCGC diposisikan sebagai basis awal pengembangan mobil nasional karena 80% komponennya wajib dibuat di dalam negeri.
“Kalau LCGC sudah tumbuh akan mudah kita untuk switch ini menjadi mobil nasional,” ujar Ansari.
Menurutnya, mobil murah pun tidak akan kanibal terhadap low MPV. Sebab, mobil serba guna ini memiliki pangsa pasar yang berbeda dengan LCGC.
“LCGC akan saling mengompensasi dengan segmen lain bukannya saling mematikan. MPV dipakai untuk keluarga besar tapi LCGC lebih kepada keluarga muda,” ujarnya.
Jika tidak digagas program LCGC, Kemenperin khawatir Indonesia bakal kebanjiran produk serupa dari Thailand mulai 2015. Saat itu, pasar bebas Asean berlangsung sehingga perdagangan lebih terbuka dan produk impor akan sangat mudah masuk.