BISNIS.COM, JAKARTA -- Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi diyakini tidak hanya dapat memicu penurunan penjualan sepeda motor, tetapi juga secara tidak langsung akan mempengaruhi biaya distribusi dari pabrik ke seluruh daerah di Indonesia.
Gunadi Shinduwinata, Ketua Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), menuturkan beberapa produsen sepeda motor mulai mengkaji adanya penaikan harga jual untuk menutupi beban biaya transportasi. Namun, pihaknya juga berusaha untuk mencari opsi lain agar penaikan tersebut tidak terjadi.
“Kami juga sedang mengkaji untuk efisiensi biaya produksi sehingga kenaikan harga BBM bersubsidi ini tidak dibebani ke konsumen,” katanya, Jumat (28/6/2013).
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan konsumsi di bulan puasa yang dapat mengerek inflasi dikhawatirkan akan menurunkan daya beli masyarakat terhadap sepeda motor pada awal semester II/2013.
Gunadi menambahkan potensi kenaikan penjualan masih ada karena beberapa pemilik mobil yang berada di kelas menengah kemungkinan akan membeli motor dan mengurangi penggunaan mobil mengingat kenaikan harga BBM bersubsidi.
“Kemungkinan seperti itu ada, tetapi saya rasa dampaknya tidak terlalu signifikan,” tuturnya. Gunadi mengaku khawatir melihat kinerja penjualan motor sepanjang 5 bulan pertama tahun ini, apalagi nanti menjelang bulan puasa dan Lebaran pascakenaikan harga BBM bersubsidi.
Data AISI yang dihimpun Bisnis memperlihatkan penjualan motor pada Januari-Mei mencapai 3,27 juta unit atau turun 12,5% dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun lalu yakni sebanyak 3,74 juta unit.
“Yang kami khawatirkan itu awal semester II ini karena berdekatan dengan tiga momen yakni masuk tahun ajaran baru, puasa, dan lebaran. Belum lagi ditambah kenaikan harga BBM,” ujarnya.