Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lonjakan Truk Listrik di China Diklaim Reduksi Ketergantungan pada Solar

Penjualan truk listrik di China melonjak sehingga mengurangi ketergantungan terhadap solar
Truk listrik bertenaga baterai Nikola Tre pada tahun 2021./Bloomberg-Andreas Gebert
Truk listrik bertenaga baterai Nikola Tre pada tahun 2021./Bloomberg-Andreas Gebert

Bisnis.com, JAKARTA - Perkembangan pesat kendaraan listrik di China kini merambah segmen truk niaga, sehingga kian mengurangi permintaan terhadap solar di sektor transportasi logistik. Tren ini memperkuat sinyal pergeseran energi besar-besaran di negara importir minyak bumi terbesar dunia tersebut.

Apalagi, didorong oleh insentif pemerintah pusat dan daerah, penjualan truk listrik di Negeri Tirai Bambu kini mengalami lonjakan signifikan. Padahal, sektor ini secara historis bergantung pada bahan bakar diesel yang menyumbang lebih dari seperempat permintaan minyak nasional. 

Sementara itu, konsumsi bensin yang menyumbang lebih dari 20% permintaan juga telah menurun dalam jangka panjang seiring peningkatan adopsi mobil listrik.

Berdasarkan data BloombergNEF, pada April 2025, truk listrik menyumbang 22% dari total penjualan kendaraan niaga ringan, naik 13% secara year-on-year (YoY) dibandingkan April 2024. 

Sementara itu, untuk truk berukuran besar (heavy duty truck), mengalami lonjakan lebih tinggi, dengan pangsa pasar naik tiga kali lipat menjadi 15%.

Adapun, permintaan terhadap bahan bakar diesel kini mendapat tekanan ganda. Selain terdesak oleh kendaraan listrik, diesel juga kalah bersaing dengan gas alam cair (LNG) yang kian populer sebagai bahan bakar alternatif truk dalam beberapa tahun terakhir.

Alhasil, sebagai negara dengan konsumsi energi terbesar di dunia, pergeseran arah transportasi China memberi dampak signifikan terhadap pasar energi global. 

“Lebih dari 70% konsumsi diesel di China digunakan untuk kendaraan angkutan barang di jalan raya serta kendaraan tambang dan konstruksi,” ungkap Analis GL Consulting, Amy Sun mengutip Bloomberg, Rabu (4/6/2025).

Pemerintah pusat terus mendorong transisi dari bahan bakar fosil melalui insentif pajak untuk kendaraan listrik, termasuk truk. Pemerintah daerah pun turut mendukung dengan skema tukar tambah kendaraan lama demi mendorong penjualan kendaraan listrik.

Data terbaru menunjukkan bahwa permintaan solar di China yang mencakup produksi domestik dan impor turun 8,4% secara tahunan pada April menjadi 3,78 juta barel per hari. GL Consulting memproyeksikan konsumsi diesel akan turun hingga 26% pada akhir dekade ini dibandingkan level tahun lalu.

Adapun, Sun menjelaskan bahwa saat ini, penggunaan truk listrik masih terbatas pada jarak pendek atau di lokasi tertentu seperti pelabuhan dan tambang. Namun, dia optimistis tren ini akan berubah seiring meningkatnya daya tahan baterai dan perluasan infrastruktur stasiun pengisian daya.

Di lain sisi, Chairman Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL), Robin Zeng menyatakan bahwa truk listrik berpotensi menyumbang hingga 50% dari penjualan truk baru dalam tiga tahun mendatang. 

Proyeksi tersebut disampaikan dalam peluncuran baterai baru untuk truk berat yang digelar perusahaan pada bulan lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper