Bisnis.com, JAKARTA — Produsen otomotif asal Jepang, Suzuki turut menanggapi soal maraknya fenomena aksi premanisme berkedok organisasi kemasyarakatan (ormas) yang mengusik aktivitas investasi di Indonesia.
Deputy Managing Director of 4W Sales & Marketing PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Donny Saputra mengatakan, sejauh ini pembangunan pabrik perseroan tidak ada gangguan dari aksi premanisme ormas. Salah satu siasat Suzuki yakni melibatkan masyarakat di sekitar pabrik.
"Alhamdulillah kami lancar, karena sebetulnya ini adalah koordinasi pada saat kami melakukan aktivitas, baik itu dalam membangun pabrik atau showroom, kami pasti berusaha semaksimal mungkin tidak hanya melibatkan tapi juga memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar," ujar Donny di Karawang, Rabu (23/4/2025).
Sebagai informasi, Suzuki memulai kiprahnya di Indonesia pada 1970 silam dengan mendirikan pabrik perakitan sepeda motor di wilayah Kali Besar, Jakarta. Selama lebih dari lima dekade, Suzuki telah memiliki fasilitas perakitan di Jakarta Timur, Tambun, dan Cikarang, Bekasi.
Teranyar, pada awal 2025 perseroan telah menyiapkan dana hingga Rp5 triliun untuk meningkatkan fasilitas produksi di Indonesia. Alhasil, Suzuki telah memiliki strategi yang matang untuk menghindari adanya gangguan dari premanisme ormas tersebut.
"Ini yang selalu kami usahakan. Sehingga dengan hal tersebut harapannya adalah gangguan dan juga beberapa obstacleyang mungkin timbul dari kondisi-kondisi yang tidak kami kehendaki bisa diminimalisir," jelasnya.
Baca Juga
Lebih lanjut Donny mengatakan, fasilitas produksi Suzuki mayoritas berada di wilayah Jawa Barat. Suzuki pun berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Jawa Barat (Pemda Jabar) untuk meminimalisir adanya pungutan liar (pungli) dari ormas di kawasan industri.
"Kalau kita lihat wilayah industri kami di Jawa Barat, Pemda Jabar sangat support dan melindungi terhadap industri-industri yang ada di wilayah mereka," jelasnya.
Adapun, pabrik Suzuki di Cikarang, Jawa Barat telah memproduksi mobil mild hybrid yakni Suzuki XL7 Hybrid dan Ertiga Hybrid, yang nilai tingkat kandungan dalam negeri (TKDN)-nya tembus di atas 80%.
"Ya saya tidak membenarkan atau menyalahkan, tetapi hal tersebut [premanisme ormas] tidak kami temui di Suzuki," pungkas Donny.
Pabrik BYD dan VinFast Diganggu Ormas
Belakangan, ramai diberitakan pembangunan pabrik mobil listrik asal China, BYD, di Kawasan Industri Subang Smartpolitan, Jawa Barat mendapat gangguan dari ormas. Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno saat melakukan kunjungan kerja ke pusat perakitan BYD di Shenzhen, China.
"Sempat ada permasalahan terkait premanisme ormas yang mengganggu pembangunan dari sarana produksi BYD. Saya kira itu harus tegas, pemerintah perlu tegas untuk menangani permasalahan ini," ujar Eddy melalui akun Instagramnya dikutip Rabu (23/4/2025).
Menurutnya, aksi premanisme berkedok ormas ini mengganggu iklim investasi di Indonesia. Investor berpotensi kabur lantaran tidak mendapatkan jaminan keamanan untuk berinvestasi di Tanah Air.
"Jangan sampai kemudian investor datang ke Indonesia dan merasa tidak mendapatkan jaminan keamanan. Itu adalah hal yang paling mendasar bagi investasi untuk masuk ke Indonesia," tutur Eddy.
Tak hanya BYD, rupanya produsen kendaraan listrik asal Vietnam, VinFast juga pernah mengalami gangguan serupa dari ormas. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Moeldoko.
Adapun, VinFast sedang membangun pabrik pertamanya di Indonesia yang berlokasi di Subang, Jawa Barat. Pabrik ini berdiri di atas lahan seluas 170 hektare dengan investasi awal sekitar US$200 juta atau sekitar Rp3,2 triliun.
"Saya pernah mendapat laporan, seperti VinFast juga pernah melaporkan ada gangguan-gangguan. Namun, saya sudah bantu untuk komunikasikan ke wilayah setempat," kata Moeldoko di Jakarta, Selasa (22/4/2025).