Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kans Ekspor Mobil RI Salip Thailand, Mobil China Jadi Tumpuan?

Kinerja ekspor mobil Indonesia berpeluang melampaui Thailand dengan keberadaan merek-merek baru, khususnya dari China yang siap membangun pabrik di Tanah Air.
Pekerja memeriksa mobil impor dan ekspor di kawasan pelabuhan PT Indonesia Kendaraan Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/8/2024).
Pekerja memeriksa mobil impor dan ekspor di kawasan pelabuhan PT Indonesia Kendaraan Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Merek China Siap Bangun Pabrik

Sejumlah produsen mobil asal China menjadi pendatang baru yang siap meramaikan pasar otomotif Indonesia pada 2025. Beberapa merek di antaranya yakni Geely, XPeng hingga Jaecoo.

Kendati demikian, sebagian para pemain dari Negeri Tirai Bambu tersebut belum berinvestasi membangun pabrik di Indonesia.

Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan, sebagian besar merek mobil asal China yang datang ke Indonesia tidak langsung membangun pabrik, melainkan masih menumpang di fasilitas perakitan milik perusahaan lain (general assembler).

Alasannya, bagi merek China pendatang baru membutuhkan waktu cukup lama untuk membangun pabrik mobil. Selain itu, merek-merek mobil asal China itu juga butuh waktu untuk memperkenalkan produknya ke konsumen guna meningkatkan volume penjualan.

"Pabrikan-pabrikan China juga memulai pendekatan yang sama. Kalau bangun pabrik kan butuh waktu yang lama ya, paling tidak 1,5 tahun sampai 2 tahun. Begitu pakai general assembler, dalam waktu yang relatif lebih singkat dia bisa [produksi]," ujar Kukuh di Jakarta, dikutip Rabu (29/1/2025).

Sebagai contoh, ada beberapa produsen otomotif asal China yang menumpang di fasilitas perakitan di PT Handal Indonesia Motor (HIM) yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat, di antaranya yakni Geely, Jetour, Chery dan Neta, sedangkan Jaecoo diproduksi di pabrik Handal di Purwakarta.

Sementara itu, merek mobil China yang sudah membangun pabrik sendiri, misalnya BYD di Subang, Jawa Barat. Disusul pabrik Wuling di Cikarang, Jawa Barat, hingga Aion yang memiliki pabrik di Cikampek, Jawa Barat. 

Beberapa pabrikan mobil asal China itu berupaya untuk memenuhi ketentuan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sehingga berpeluang mendapatkan insentif dari pemerintah.

Tak hanya itu, ada juga Maxus yang menggandeng Grup Indomobil, hingga XPeng yang masuk pasar Indonesia melalui kemitraan dengan Erajaya Group.

"Kalau nanti volumenya naik, tinggal timbang-timbang untuk investasi. Karena industri otomotif kan investasi jangka panjang. Nah, itu yang kita harapkan kebijakan pemerintah sifatnya jangka panjang, bukan dadakan semua," katanya.

Langkah selanjutnya, usai pabrik terbangun adalah peningkatan kapasitas produksi sehingga bisa menyumbang kinerja ekspor Tanah Air.

Prospek Mobil China di Indonesia

Pakar Otomotif dan Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menilai faktor pendorong banyaknya merek China masuk pasar Indonesia sejalan dengan komitmen pemerintah melalui insentif dan pengembangan infrastruktur.

Selain itu, dimulainya produksi baterai dalam negeri, komitmen pembelian BEV oleh pemerintah daerah, serta semakin banyaknya BEV terjangkau di rentang harga Rp200 juta hingga Rp500 juta.

"Lebih 15 brand besar China yang menarik minat generasi milenial yang tech-savvy. Terlebih lagi, dengan adanya potensi peningkatan penjualan yang signifikan akibat banyaknya promo BEV dengan diskon besar-besaran untuk Nomor Induk Kendaraan 2024," jelas Yannes kepada Bisnis, dikutip Rabu (29/1/2025).

Lebih lanjut dia mengatakan, selain merek yang sudah eksis seperti Wuling, DFSK, MG, BYD, Neta, Seres, Chery, dan Great Wall Motor (GWM), sejumlah produsen China lainnya siap meramaikan pasar otomotif Indonesia.

"Di tahun 2025 juga akan diramaikan oleh masuknya brand-brand besar lain seperti Skyworth melalui Polytron, GAC Aion, dan XPeng melalui Erajaya, serta potensi masuknya Geely, Changan, Hozon Auto, Leapmotor, NIO, dan Weltmeister atau WM Motor," kata Yannes.

Yannes menjelaskan, pemerintah telah menargetkan 2 juta mobil listrik pada 2030 untuk memenuhi komitmen internasional pengurangan emisi. 

"Lalu, pemerintah juga serius meneruskan dukungan regulasi, insentif, dan pengembangan infrastruktur baik oleh PLN, Pertamina, berbagai APM, dan swasta seperti V-GREEN, PT Starvo Global Energi dan Prime Group," pungkasnya.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper