Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nissan dan Honda Disebut Batalkan Rencana Merger

Dewan direksi Nissan dan Honda dijadwalkan mengadakan pertemuan terpisah dalam waktu dekat untuk memutuskan apakah pembicaraan merger akan dihentikan.
Presiden dan CEO Nissan Motor Makoto Uchida dan  CEO Honda Motor Toshihiro Mibe menghadiri konferensi pers bersama di Tokyo, Jepang, 15 Maret 2024./Reuters/Kyodo
Presiden dan CEO Nissan Motor Makoto Uchida dan CEO Honda Motor Toshihiro Mibe menghadiri konferensi pers bersama di Tokyo, Jepang, 15 Maret 2024./Reuters/Kyodo

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana merger antara dua raksasa otomotif Jepang, Honda dan Nissan, kemungkinan besar akan dibatalkan. Hal ini terkuak dari laporan surat kabar Asahi Shimbun pada Rabu (5/2/2025).

Melansir Reuters, menurut laporan Asahi, dewan direksi Nissan dan Honda dijadwalkan mengadakan pertemuan terpisah dalam waktu dekat untuk memutuskan apakah pembicaraan merger akan dihentikan.

Sumber menyebutkan bahwa bagi Honda, diskusi ini tidak berjalan sesuai ekspektasi, terutama mengingat posisinya sebagai produsen yang lebih dominan. Honda memiliki valuasi pasar sekitar US$47 miliar, hampir lima kali lipat lebih besar dari Nissan.

Asahi juga melaporkan bahwa Honda sempat mengajukan gagasan agar Nissan menjadi anak perusahaannya, namun proposal itu ditolak mentah-mentah oleh Nissan. Pada Desember lalu, kedua perusahaan menyatakan rencana membentuk perusahaan induk pada Agustus 2026, yang akan disusul dengan penghapusan pencatatan saham mereka.

Kedua perusahaan awalnya menargetkan keputusan akhir terkait merger pada akhir Januari, tetapi tenggat waktu itu kemudian diundur hingga pertengahan Februari.

Keputusan ini berisiko semakin memperburuk posisi Nissan, yang telah lama berjuang menghadapi ketidakpastian bisnis.

Honda, produsen mobil terbesar kedua di Jepang, dan Nissan yang menempati peringkat ketiga, pertama kali mengumumkan pembicaraan merger tahun lalu.

Rencana ini menjadi sorotan karena menandai perubahan besar dalam lanskap industri otomotif Jepang, terutama di tengah gempuran produsen kendaraan listrik seperti BYD dari China dan para pendatang baru di sektor ini.

Jika merger ini terealisasi, entitas gabungan akan menjadi grup otomotif terbesar ketiga di dunia berdasarkan volume penjualan, hanya kalah dari Toyota dan Volkswagen.

Industri otomotif global saat ini menghadapi tantangan besar akibat transisi menuju kendaraan listrik, yang memunculkan pertanyaan tentang masa depan produsen mobil konvensional.

Nissan, khususnya, mengalami dampak lebih berat dibanding beberapa pesaingnya, setelah bertahun-tahun dihantui ketidakstabilan sejak penangkapan dan pemecatan mantan Chairman Carlos Ghosn pada 2018.

Pembicaraan merger ini juga bertepatan dengan ancaman tarif dari Presiden AS Donald Trump yang dapat semakin mengganggu stabilitas industri. Menurut para analis, ancaman tarif terhadap Meksiko akan lebih menyakitkan bagi Nissan dibanding Honda atau Toyota.

Menurut laporan Bloomberg, yang mengutip sumber terkait, Nissan akan mengadakan rapat dewan pada Rabu sore. Dalam pertemuan tersebut, mereka kemungkinan besar akan menolak proposal Honda untuk membeli saham Nissan dan menjadikannya anak perusahaan.

Juru bicara Nissan mengatakan bahwa diskusi masih berlangsung dan pengumuman resmi akan disampaikan pada pertengahan Februari, sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Juru bicara Honda juga menolak berkomentar, hanya menyebutkan bahwa pihaknya akan memberikan pernyataan resmi pada pertengahan Februari.

Sementara itu, Renault, mitra aliansi jangka panjang Nissan, sebelumnya menyatakan secara prinsip terbuka terhadap merger ini. Perusahaan otomotif asal Prancis itu saat ini memiliki 36% saham Nissan, termasuk 18,7% melalui sebuah trust di Prancis.

Sumber Reuters bulan lalu juga melaporkan bahwa Mitsubishi Motors, mitra aliansi Nissan yang lebih kecil, yang sebelumnya mempertimbangkan untuk bergabung dalam merger ini, kemungkinan besar akan membatalkan partisipasinya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper