Bisnis.com, CIKARANG - Mitsubishi Motors Corporation menanggapi soal rencana merger dua prinsipal raksasa asal Jepang lainnya yakni Nissan dan Honda untuk menghadapi persaingan global.
President and CEO Mitsubishi Motors Corporation Takao Kato mengaku bahwa banyak pihak yang menanyakan hal tersebut. Namun, dia belum dapat memproyeksikan seperti apa dampaknya, terutama untuk pasar Indonesia.
“Banyak yang bertanya kepada saya soal merger Nissan-Honda. Tetapi sejauh ini belum ada hal yang diputuskan, baik dari Mitsubishi Motors maupun dari perusahaan lain,” ujar Kato di Cikarang, Jawa Barat pada Jumat (20/12/2024).
Lebih lanjut, dia mengatakan, Mitsubishi Motors tengah mempelajari lebih dalam terkait rencana merger dua prinsipal raksasa otomotif asal Jepang tersebut.
“Kami sedang mempelajari lebih lanjut langkah terbaik yang akan dilakukan untuk berkolaborasi dengan brand lain. Jadi kami belum bisa menjawab apakah ada dampak ke market Indonesia,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Honda Motor Co. dan Nissan Motor Co. tengah mempertimbangkan opsi merger atau membentuk perusahaan induk untuk menghadapi persaingan global dengan pabrikan otomotif lain seperti Toyota.
Baca Juga
Executive Vice President Honda Shinji Aoyama mengatakan, perusahaan sedang mempertimbangkan beberapa opsi termasuk merger, penyertaan modal atau pembentukan perusahaan induk.
Melansir Bloomberg, sumber yang mengetahui rencana ini mengatakan keduanya telah mengadakan pembicaraan awal mengenai kolaborasi ini. Salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan adalah pembentukan perusahaan induk baru di mana bisnis gabungan akan beroperasi.
Kesepakatan ini juga dapat diperluas dengan memasukkan Mitsubishi Motors Corporation karena sahamnya dimiliki oleh Nissan.
Adapun, kesepakatan akan secara efektif mengonsolidasikan industri otomotif Jepang ke dalam dua kubu utama, yakni kubu yang dikendalikan oleh Honda, Nissan, dan Mitsubishi, dan kubu lainnya yang terdiri dari perusahaan-perusahaan Grup Toyota.
Kapitalisasi pasar Honda mencapai 5,95 triliun yen (US$38,8 miliar), sementara Nissan sebesar 1,17 triliun yen (US$7,6 miliar). Jika kesepakatan ini sukses, merger keduanya akan menjadi yang terbesar di industri otomotif, sejak merger antara Fiat Chrysler dan PSA pada 2021 untuk menciptakan Stellantis dengan kapitalisasi US$52 miliar.
Kendati demikian, nilai gabungan keduanya masih kalah besar dari Toyota yang mencapai US$235,1 mliar (42,2 triliun yen).