Bisnis.com, TANGERANG — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui pemerintah masih perlu mengejar produksi bahan baku tebu untuk memasok bahan bakar bensin dengan bauran nabati atau bioetanol.
Di satu sisi, pemerintah mulai melirik teknologi mobil hybrid yang dipadukan dengan bioetanol sebagai produk ramah lingkungan yang mampu mengurangi emisi. Namun, ketersediaan bahan baku untuk bioetanol juga masih terbatas.
Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan yang menjadi kendala untuk sebaran bahan bakar bioetanol adalah ketersediaan dari bahan baku.
Terlebih lagi, mayoritas bioetanol berasal dari tetesan tebu. Pemerintah juga masih menunggu kehadiran pabrik gula di Papua sebagai salah satu upaya untuk menggenjot produksi dalam negeri.
Adapun, nilai investasi satu pabrik gula mencapai sekitar Rp2,5 triliun-Rp3 triliun dengan kapasitas produksi sekitar 8.000-12.000 ton cane per day (TCD). Pabrik gula direncanakan bakal dibangun di kawasan milik Holding BUMN Pangan, ID Food.
Di satu sisi, Pertamax Green 95 yang merupakan bahan bakar minyak (BBM) campuran bioetanol 5% baru tersedia di Jakarta dan Surabaya dengan harga Rp13.900 per liter.
“Kita harus kejar [bioetanol] karena di Surabaya baru e5. Kita mau lari ke e20 saja itu masih lama,” tuturnya di ICE BSD Tangerang, Selasa (23/7/2024).
Sementara itu, Toyota juga membawa mobil Kijang Innova Zenix HEV yang dapat diisi bioteanol dengan kadar lebih dari 85% pada pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2024.
Pada bagian mobil tersebut, terlihat tulisan Innova Zenix HEV – Flexy Fuel Bioethanol hasil kolaborasi antara PT Pertamina (Persero) dengan Toyota.
Menanggapi hal tersebut, Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM), Anton Jimmi Suwandy mengatakan produk yang ditampilkan tersebut masih dalam tahap uji coba sehingga belum bisa dijual dalam waktu dekat.
Terlebih lagi, bioetanol dapat berasal dari berbagai sumber lain di luar tebu. Namun, dia menekankan sudah ada teknologi yang mampu menenggak etanol dalam kadar tinggi.
“Belum dalam waktu dekat karena butuh waktu juga ketersediaan bahan bakar dasarnya dari mana,” tuturnya.