Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi atau Kemenko Marves menyebut mobil listrik yang menggunakan baterai berbahan dasar nikel lebih canggih dibandingkan jenis lainnya.
Sebagai informasi, kongsi Hyundai Motor Company (HMC)-LG Energy Solution Ltd (LGES) akan meresmikan pabrik baterai dengan kapasitas terpasang 10 gigawatt hour (GWh) pada April 2024.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin mengatakan kehadiran pabrik baterai diharapkan mampu menciptakan rantai pasok industri mobil listrik di Indonesia.
“Kami memang harus menyadari baterai berbasis nikel biasanya lebih high end. Selain itu, biasanya [digunakan] lebih mobil listrik yang lebih canggih,” katanya di JIExpo Kemayoran, Selasa (30/4/2024).
Menurut data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal, realisasi investasi dari Hyundai telah mencapai Rp21,7 triliun. Pada 2019 silam, Hyundai Motor Company (HMC) mengumumkan rencana investasinya sebesar US$1,55 miliar (Rp21,8 triliun) di Indonesia.
Adapun, LG belakangan juga menunjukan komitmen mereka untuk menambah kapasitas terpasang produksi baterai EV di Karawang sebanyak 20 gigawatt hour (GWh), dari kapasitas terpasang saat ini di level 10 GWh.
Baca Juga
“Pabrik 10 GWh pertama yang dari Hyundai-LG itu akan diresmikan kurang lebih sekitar April 2024, dan sudah produksi. Sekarang sudah masuk pembangunan pabrik 10 GWh kedua [total 20 GWh,” kata Bahlil dalam konferensi pers, Senin (18/3/2024).
Dalam perkembangan investasi untuk ekosistem baterai mobil listrik lainnya, Bahlil menyebut Contemporary Amperex Technology Co. (CATL) telah merampungkan transaksi saham dengan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM).
Transaksi ini dilakukan pasca ANTM telah menyelesaikan jual beli atau sales purchase agreement (SPA) saham pada anak usahanya, PT Sumberdaya Arindo (SDA) dan PT Feni Haltim (FHT), dengan afiliasi CATL HongKong CBL Limited (HKCBL).
Pembangunan pabrik baterai dari CATL disebut akan mulai pada tahun ini. Hal tersebut juga menandakan dimulainya kerja sama Antam dan CATL di sisi hulu tambang serta pemurnian dan pengolahan lebih lanjut turunan nikel sampai menjadi sel baterai dalam proyek Dragon.
Kemudian PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) disebut memiliki prospek untuk pembangunan ekosistem baterai mobil listrik seiring adanya rencana Penambahan Modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD/rights issue) untuk membawa MIND ID sebagai pemegang saham terbesar.
“Kami ada rencana pembangunan [pabrik baterai seiring] dengan perpanjangan Vale. Ada prospek untuk pembangunan ekosistem baterai daripada mobil cukup besar,” terangnya.