Bisnis.com, JAKARTA — Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi untuk mengerek sejumlah mobil dari Suzuki. Terlebih lagi beberapa model seperti Jimny masih dipasarkan dengan skema impor utuh atau completely built up (CBU).
4W Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Harold Donnel mengatakan strategi penjualan pada dasarnya merupakan salah satu dapur perusahaan yang tidak bisa dijelaskan secara gamblang.
Meski demikian, dia mengatakan Suzuki menerapkan perhitungan cost of goods sold (COGS) yang sifatnya tidak terlalu dinamis terhadap nilai tukar rupiah. Alhasil harga mobil Suzuki di Indonesia tidak serta-merta langsung terkerek atas perubahan nilai tukar.
COGS sendiri merupakan perhitungan biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan untuk menghasilkan suatu produk maupun jasa kepada konsumen.
“Setiap teknik perhitungan COGS pasti ada titik ekuilibrium. Tinggal teknik mana yang paling jauh titik,” katanya kepada Bisnis, Rabu (17/4/2024).
Merujuk data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, Suzuki tercatat melakukan impor sebanyak 3.601 unit mobil pada Januari-Maret 2024, naik 41,9% dari 2.538 unit dibandingkan periode sama tahun lalu.
Baca Juga
Beberapa model yang masih diimpor oleh Suzuki adalah Ignis sebanyak 73 unit, S-Presso 356 unit, Baleno 1.869 unit, dan Grand Vitara 380 unit.
Kemudian, dari jumlah tersebut 3.601unit mobil yang diimpor tersebut sebanyak 44 diantaranya merupakan model Jimny 3-pintu, sedangkan 699 unit merupakan model Jimny 5-pintu.
Harga mobil Suzuki Jimny varian terendah dipatok Rp465 juta , sedangkan varian tertingginya senilai Rp475,6 juta.
Bila melihat penjualannya secara wholesales, model Jimny 3-pintu telah dikirimkan kepada jaringan dealer sebanyak 27 unit, sedangkan untuk Jimny 5-pintu sebanyak 622 unit.