Bisnis.com, JAKARTA — PT Toyota-Astra Motor (TAM) menilai dibutuhkan peningkatan perekonomian hingga pemerataan kondisi infrastruktur untuk membawa penjualan mobil domestik yang saat ini mandek di level 1 juta unit.
Marketing Director TAM Anton Jimmi Suwandy mengatakan industri otomotif membutuhkan lebih dari sekadar insentif, tetapi berbagai regulasi yang bisa menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi para pabrikan.
‘[Perlu] menumbuhkan pasar industri otomotif nasional dari hulu ke hilir dalam jangka panjang,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (8/2/2024).
Pasar domestik memang sudah lama “nyaman” di kisaran 1 juta unit per tahun sejak 2013, bertepatan dengan meluncurnya segmen low cost green car (LCGC).
Kondisi pasar bahkan sempat berada di bawah 1 juta unit saat terjadi pandemi Covid-19 pada 2020-2021. Namun, pasar sudah kembali ke level 1 juta unit pada 2022.
“Rasanya upaya untuk menggairahkan pasar dan berkembang lebih tinggi dari ini dibutuhkan support dari seluruh pihak ya,” katanya.
Baca Juga
Di sisi lain, dia mengatakan kehadiran mobil listrik tidak serta-merta menjadi pengganti untuk jenis kendaraan konvensional atau ICE. Menurutnya teknologi elektrifikasi bisa menjadi pilihan tambahan untuk konsumen.
Para konsumen disebut memiliki kebutuhan dan preferensi yang cukup beragam, sedangkan mobil listrik masih mengalami berbagai keterbatasan seperti infrastruktur di Indonesia.
Kondisi Indonesia sebagai Negara Kepulauan membuat tingkat kebutuhan terhadap pembangunan menjadi sangat beragam dari setiap wilayah. Hal ini yang membuat Toyota menghadirkan teknologi mulai dari hybrid, battery electric vehicle (BEV), dan plug-in hybrid (PHEV).
“Hal ini juga menjadi alasan Toyota menyediakan beragam teknologi elektrifikasi untuk menyesuaikan kondisi serta kebutuhan mobilitas masyarakat di setiap daerahnya,” tuturnya.