Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja ekspor-impor kendaraan bermotor dan bagiannya mencapai surplus sebesar Rp9,33 triliun sepanjang Januari-Oktober 2023, turun 58,67% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan kendaraan bermotor dengan kode HS 87 masih surplus US$601,82 juta atau setara Rp9,33 triliun (kurs jisdor Rp15.506) hingga Oktober 2023.
Angka tersebut mengalami penurunan 58,67% secara year-on-year (YoY) dari US$1,45 miliar atau setara Rp22,58 triliun.
Nilai ekspor pada 10 bulan pertama tercatat mencapai US$9,34 miliar atau setara Rp144,97 triliun, naik 3.01 secara YoY dari sebelumnya US$9,07 miliar atau Rp140,72 triliun.
Kemudian nilai impor tercatat mencapai US$8,74 miliar atau setara Rp135,64 triliun, naik 14,81% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar US$7,61 miliar atau setara Rp118,14 triliun.
Lebih tingginya peningkatan impor ketimbang ekspor menyebabkan surplus neraca dagang otomotif mengalami penurunan. Dorongan untuk peningkatan ekspor terus digaungkan guna menumbuhkan surplus.
Baca Juga
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto mengatakan sudah meminta para agen pemegang merek (APM) untuk meningkatkan keran ekspornya.
Meski demikian, hal ini tidak semudah yang dibayangkan lantaran ekspor mobil dikendalikan oleh para prinsipal atau kantor pusat dari setiap merek.
“Iya kami berharap agar ekspor dapat terus ditingkatkan, tetapi hal ini dikendalikan oleh para prinsipal,” tuturnya kepada Bisnis, Selasa (19/12/2023).