Bisnis.com, JAKARTA — Para pemasok komponen otomotif nampaknya mengalami kesulitan dalam peralihan kendaraan konvensional menuju elektrifikasi. Tidak sedikit juga pemasok yang harus beralih bisnis maupun menggelontorkan dana besar untuk tetap relevan.
Di Indonesia, para pelaku industri kecil dan menengah komponen otomotif disebut banyak yang sudah beralih pada bisnis lain. Jumlah anggota Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) pun telah menyusut menjadi sekitar 90-100 kelompok dari sebelumnya 122 IKM sebelum pandemi Covid-19.
Ketua Umum PIKKO Rosalina Faried mengatakan pandemi Covid-19 merupakan momentum yang tepat agar para IKM komponen otomotif bisa beralih ke bisnis lain seandainya tidak mampu memenuhi permintaan untuk kendaraan listrik.
Baca Juga
Dari beberapa anggota yang sudah beralih pun, dia mengatakan banyak yang mulai menggeluti bisnis sektor logistik sebagai pilihannya.
“Kira-kira komponen kita produksi saat ini masih bisa dipakai atau tidak? Sekiranya tidak terpakai jauh-jauh hari segera lah bertransformasi ke bisnis lain,” tutur Rosalina.
Sejak awal 2023 pun, dia juga telah meminta para IKM komponen otomotif untuk menyesuaikan investasi permesinan untuk kebutuhan produksi komponen kendaraan listrik guna tetap bisa mengisi ceruk bisnis dalam negeri.
Perubahan yang paling terasa dari bisnis komponen otomotif adalah stamping metal yang bahannya digunakan untuk muffler knalpot kini tidak dapat digunakan untuk mobil listrik.
Inovasi pun dirasa perlu dilakukan dengan salah satu contohnya adalah menggarap plastik yang digunakan untuk mobil listrik. Plastik yang digunakan untuk desain interior mobil merupakan jenis yang memiliki kekerasan sama dengan sebuah pelat besi.
“Mau tidak mau dengan era perubahan menjadi EV ini pasti komponen kan [semakin] sedikit,” katanya.
Beberapa bahan mobil listrik yang sudah diproduksi oleh para IKM komponen otomotif untuk dipasok ke pabrikan adalah komponen yang berbasis metal, seperti plastic part, rubber part, interior part, dan cetakan.
Diambil dari berbagai sumber Bisnis, para pelaku otomotif Jepang juga harus berupaya untuk berinvestasi guna mengasah kemampuannya hingga mengembangkan produk yang dapat digunakan pada kendaraan listrik.
Seiring masa transisi tersebut, para pelaku komponen otomotif ikin fokus untuk memproduksi penggerak listrik, inverter, dan girboks.
Imasen Electric Industrial sebagai salah satu pemasok mobil Mazda bahkan berencana menggelontorkan 5 miliar yen (US$34,4 juta) untuk kemampuan produksi baru. Rencananya mereka akan melibatkan pemasok di Hiroshima dalam berproduksi.
Perusahaan ini bertumpu pada penjualan komponen kursi yang kontribusinya sekitar 80% dari total pendapatannya. Namun, mereka juga berupaya untuk mendongkrak pendapatan dari komponen kendaraan listrik hingga tujuh kali lipat pada 2029.
Pengembangan mobil listrik bahkan menjadi sebuah polemik di Amerika Serikat dengan Serikat Pekerja Otomotif AS (UAW) mengekspresikan kekhawatirannya mengenai transisi ke kendaraan listrik akan mengurangi jumlah pekerja dan menurunkan gaji.
UAW berambisi untuk membentuk sebuah serikat kerja yang mengayomi hampir 150.000 karyawan dari 13 perusahaan seperti Toyota Motor Corp., Volkswagen AG dan Tesla Inc., BMW AG, Nissan Motor Co., serta pembuat kendaraan listrik seperti Rivian Automotive Inc. dan Lucid Group Inc.
Undang-Undang AS pun mengatur apabila mayoritas karyawan di sebuah tempat kerja menandatangani kartu serikat kerja, maka perusahaan tersebut dapat secara sukarela mengakui serikat kerja tersebut.
CEO Tesla Elon Musk mengaku kecewa dengan meningkatnya aktivitas serikat kerja di pabrikan otomotif yang menandatangani kontrak rekor dengan UAW pada awal tahun ini.
“Saya tidak setuju dengan gagasan serikat pekerja,” kata Musk.
Meski demikian, dia mengakui apabila upaya pembentukan serikat kerja UAW berhasil, maka berarti Tesla gagal menyediakan lingkungan kerja yang baik.
LESUNYA PERMINTAAN PASAR EV
Para pemasok komponen otomotif di Eropa tengah mengalami tekanan seiring melambatnya permintaan untuk kendaraan listrik. Padahal para pemasok telah menggelontorkan investasi dalam upaya peralihan ke teknologi baru.
Eropa dan beberapa pasar besar lainnya mengalami perlambatan permintaan lantaran harga kendaraan listrik yang masih terbilang mahal. Selain itu, konsumen juga masih memiliki kekhawatiran akan jarak tempuh, pengisian daya, dan harga jual kembali.
Pasar China juga tengah mengalami kelebihan pasokan yang berujung pada persaingan ketat akan pasar kendaraan listrik. Alhasil produsen kendaraan listrik kecil yang membutuhkan modal dapat diakuisisi oleh pelaku pasar yang lebih kuat.
Pemasok komponen seperti Continental dan Bosch juga telah melakukan transisi pada portofolio mereka yang berbasis teknologi dengan proporsi pendapatan yang lebih tinggi dari produsen kendaraan listrik.
Beberapa produk yang diproduksi dan dipasok sebagian besar merupakan kursi dan juga bagian interior mobil lainnya.
Di satu sisi, para pemasok yang memiliki hubungan dengan produsen kendaraan listrik di China kemungkinan akan terpukul oleh tingkat kelebihan pasokan atau oversupply yang kian membesar.
Tingkat penetrasi kendaraan listrik di China mencapai 35% dari total penjualan mobil baru pada kuartal III/2023 secara global. Meski demikian, pertumbuhan penjualan kendaraan listrik turun menjadi 28% dari pertumbuhan 108% pada periode yang sama tahun lalu.
Asosiasi Produsen Mobil China juga memperkirakan penjualan kendaraan listrik akan melambat pada kuartal III/2023 hingga 2024. Para pemasok asal Eropa pun memperoleh sekitar 20% pendapatan mereka dari China.
Namun, mayoritas pemasok kendaraan listrik mendapat pesanan dari produsen besar seperti BYD dan Tesla yang cenderung menjadi konsolidator pasar.
Adanya perlambatan kendaraan listrik di Eropa dan China membuat para pemasok memperimbangkan ulang strategi mereka dalam kendaraan listrik. Terdapat kemungkinan proyek untuk sejumlah model kendaraan listrik tidak akan balik modal.
Di satu sisi, perlambatan ini membuka peluang untuk berbagi fasilitas manufaktur kendaraan listrik, meningkatkan standardisasi suku cadang dan komponen, serta fokus pada biaya produksi.