Bisnis.com, JAKARTA — Margin laba bersih dari Toyota global mampu melampaui perusahaan milik Elon Musk, Tesla pada periode April-September 2023.
Dilansir dari Nikkei Asia pada Selasa (7/11/2023), Toyota Motor mencatatkan laba bersih sebesar 2,59 triliun yen atau US$17,2 miliar yang setara Rp267,46 triliun (kurs jisdor Rp15.550) untuk sepanjang April-September 2023.
Selain itu, margin laba bersih dari Toyota tercatat mencapai 11,8% untuk pertama kalinya sejak pandemi Covid-19, lebih tinggi ketimbang Tesla yang mencatatkan margin laba bersih 9,4%.
Adapun Tesla tengah berkutat dengan perang harga untuk pasar Amerika Utara dan China di tengah besarnya pengeluaran biaya untuk pengembangan produk.
Dalam laporan pendapatannya, Chief Financial Officer Toyota Yoichi Miyazaki mengatakan merek asal Jepang tersebut telah mencapai landasan keuangan yang kuat, sehingga dapat mendorong investasi pada masa yang akan datang.
Toyota pun mencatatkan pertumbuhan laba operasional hingga 1,16 triliun yen pada April-September 2023, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2019.
Baca Juga
Nilai tukar mata uang yen yang mencapai 141 yen per dolar AS pun memberikan dorongan laba operasional Toyota sebesar 960 miliar yen. Selain itu, pulihnya rantai pasokan pasca pandemi Covid-19 pun sudah teratasi sehingga mampu meningkatkan kapasitas produksi dari Toyota.
Di sisi lain, adanya kenaikan harga juga menjadi faktor yang mendorong pertumbuhan kinerja keuangan Toyota. Dalam kurun waktu empat tahun, porsi keuntungan dari pemasaran termasuk penetapan harga mengalami peningkatan hingga 1,34 triliun yen.
Nilai itu pun telah mengimbangi kenaikan biaya bahan baku yang berkisar 1 triliun yen selama dua tahun terakhir.
Laporan Cos Automotive menunjukkan harga transaksi untuk mobil baru Toyota dan Lexus rata-rata mencapai US$40.674 per unitnya pada periode Juli-September 2023. Angka ini meningkat sekitar 19% dalam kurun waktu empat tahun terakhir.
Kenaikan suku bunga pun dikhawatirkan dapat berdampak terhadap penjualan mobil Toyota di Amerika Utara sebagai salah satu pasar besar. Namun, Toyota memiliki stok pesanan dalam jumlah besar ditambah produksi dan pengiriman yang diperkirakan tidak menurun dalam waktu dekat.
Menurut MarkLines, Toyota dan Lexus memiliki backlog hampir sebanyak 800.000 unit di Jepang. Jumlah unit tersebut setara dengan indent hampir lima bulan untuk model Toyota yang dipesan secara khusus.
Meski demikian, Miyazaki mengatakan Toyota masih tetap waspada seiring industri otomotif sedang mengalami masa transisi dari kendaraan konvensional menuju era elektrifikasi. Toyota pun tengah meningkatkan pengembangan untuk produk elektrifikasinya.
“Kami akan terus berupaya memperkuat kekuatan pendapatan kami” dan “mempercepat investasi untuk masa depan,” kata Miyazaki.
Toyota telah memasang target untuk menjual sebanyak 1,5 juta unit kendaraan elektrifikasi pada 2026, yang berlanjut menjadi 3,5 juta unit pada 2030.
Namun, Toyota baru menjual sekitar 24.000 unit kendaraan elektrifikasi sepanjang 2022, dan sekitar 59.000 unit pada periode April-September 2023. Bahkan Toyota menurunkan proyeksi penjualan elektrifikasinya sekitar 40% menjadi sekitar 120.000 unit untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2024.
Toyota menghadapi persaingan ketat pada pasar China seiring terjadinya persaingan harga dan hadirnya para pemain lokal pada Negeri Tirai Bambu. Pasar China pun berkontribusi sekitar 10% dari laba bersih Toyota secara global.
Di satu sisi, Toyota akan menambah investasi hingga US$8 miliar untuk pabrik baterai yang sedang dibangun di AS. Total nilai investasi dari Toyota untuk pabrik baterai di AS pun berkisar US$13,9 miliar atau sekitar 40% dari 5 triliun yen rencana investasi secara keseluruhan sampai 2030.
Presiden Toyota Koji Sato telah melakukan perombakan jajaran kepemimpinannya pada April 2023 guna mengubah produsen mobil tersebut menjadi sebuah perusahan mobilitas.
Melalui dorongan ini, Toyota melepas kepemilikan silangnya untuk mendanai investasi di bidang pertumbuhan. Miyazaki pun mengatakan upaya ini dilakukan guna membangun formasi yang optimal untuk menjadi sebuah perusahaan mobilitas.