Bisnis, JAKARTA - Pencapaian target untuk penjualan mobil pada 4 bulan terakhir bakal menantang. Kendati pertumbuhan ekonomi positif, beberapa kendala seperti kenaikan BI rate, dan tarif PPN masih berdampak pada pasar penjualan mobil tahun ini.
Penjualan mobil secara keseluruhan, baik wholesales maupun ritel, masih menerakan performa positif, meski pertumbuhannya mengalami perlambatan (deselerasi).
Penjualan mobil di pasar ritel sepanjang Januari-Juli 2023 meningkat 6,1 persen (YoY) menjadi 578.891 unit, sementara pengiriman dari pabrikan ke dealer (wholesales) naik 4,5 persen menjadi 586.401 unit.
Selain terkait penjualan mobil, terdapat informasi komprehensif lainnya yang menjadi pilihan redaksi BisnisIndonesia.id pada Rabu (13/9/2023). Di antaranya adalah:
1. Mengejar Target Penjualan Mobil 2023
Penjualan mobil sepanjang 2023 berpotensi tidak mencapai target, meski angka sasaran yang ditetapkan itu terbilang sangat moderat. Kalangan agen pemegang merek perlu menekan pedal gas lebih dalam lagi untuk berakselerasi.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menetapkan penjualan mobil pada tahun ini mencapai 1.050.000 unit. Dibandingkan dengan capaian pada tahun lalu sebanyak 1.048.040 unit, target tahun ini hanya naik tipis 0,2 persen.
Pertumbuhan pasar mobil yang diproyeksikan pada tahun ini tersebut jauh lebih di bawah performa tahun sebelumnya yang bertumbuh 18,1 persen. Akselerasi pasar mobil yang kuat terpacu oleh performa tiga merek penguasa pasar terbesar, dan penetrasi pendatang baru.
2. Fakta Pahit di Tengah Polemik Ekspor Gas Indonesia ke Singapura
Kebijakan menyangkut ekspor komoditas, tak terkecuali untuk gas bumi, selalu menjadi persoalan yang dilematik. Kekhawatiran tidak terpenuhinya kebutuhan gas di dalam negeri sering kali memicu terjadinya polemik.
Terlebih, permintaan gas di dalam negeri dipastikan akan terus meningkat ke depannya, terutama untuk kebutuhan industri pupuk yang disebut-sebut terpaksa melakukan impor gas untuk mencukupi bahan baku produksinya.
Ditambah lagi, gas bumi dinilai memiliki peranan yang sangat penting dalam proses percepatan transisi energi. Selain potensinya di Indonesia yang terbilang besar, gas bumi juga lebih bersih ketimbang batu bara maupun minyak bumi.
3. Kala Kantor Cabang Bank Beralih Rupa Imbas Digitalisasi
Besarnya investasi perbankan dalam mengembangkan teknologi digital berimbas langsung terhadap penurunan investasi pada ekspansi kantor cabang. Kantor cabang yang ada pun perlahan disulap menjadi aset produktif untuk mendukung layanan yang lebih kekinian.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah kantor cabang bank umum di Indonesia mencapai 3.449 unit per Juni 2023. Jumlahnya menyusut 104 unit dalam setahun terakhir, atau dibandingkan dengan Juni 2022 sebanyak 3.553 unit.
Sementara itu, keseluruhan angka jaringan kantor bank juga terus menurun. Jumlah kantor bank umum di Indonesia mencapai 24.784 unit pada Juni 2023, berkurang 857 unit dalam setahun atau dibandingkan Juni 2022 sebanyak 25.641 unit.
4. Mengintip Rencana Ekspansi Masif Bisnis Properti Vasanta Group
Vasanta Group menjadi salah satu pengembang muda yang ekspansif. Berdiri sejak 2016 hingga kini, Vasanta Group mengalami pertumbuhan aset sebesar 5 kali menjadi Rp5 triliun.
Dalam lima tahun mendatang, Vasanta membidik pertumbuhan portofolio aset menjadi Rp10 triliun. Adapun nilai aset tersebut termasuk dari PT Pakuan Tbk (UANG) yang saat ini tengah menggarap proyek Shila at Sawangan yang merupakan bagian dari Eco Town di Depok.
Selama 7 tahun di Indonesia, Vasanta Group masif dalam membangun sejumlah proyek yakni Vasanta aktif dalam menggarap sejumlah proyek dengan kepemilikan lahan seluas 500 hektare. Adapun proyek yang tengah digarap yakni Vasanta Innopark, Saumata Premier, Eco Town Sawangan, Shila at Sawangan, Hotel Nawa di Waecicu Labuan Bajo, Mawatu Labuan Bajo dan Daan Mogot Distribution Center Jakarta Barat.
Masifnya perkembangan bisnis pinjaman online atau pinjol beberapa tahun terakhir menjadi ancaman yang cukup serius bagi kelompok bank akar rumput, yakni bank perekonomian rakyat (BPR). Langkah konsolidasi diharapkan dapat menjadi solusi.
Menjamurnya pertumbuhan pinjol tidak terlepas dari faktor inklusi keuangan masyarakat yang masih rendah. Pinjol menjadi solusi mudah bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan dana mendesak, tetapi kesulitan atau tidak memenuhi syarat untuk mengajukan pinjaman ke bank.
Di daerah, tempat seharusnya BPR menguasai pasar, Pinjol justru mulai mendominasi mengingat layanannya yang tersedia secara digital dan dapat diakses kapan pun dan di mana pun. Kapasitas BPR yang kecil menjadikan mereka sulit untuk dapat mengejar ketertinggalan digitalisasi ini.