Bisnis.com, JAKARTA- Pemerintah Indonesia telah lama mendekati Tesla milik Elon Musk untuk berinvestasi, terutama pembangunan pabrik baterai dan mobil listrik. Sayangnya, hingga kini rencana itu belum direalisasikan.
Bahkan, belakangan Tesla malah “main mata” dengan Malaysia, menyusul keputusan perusahaan milik Elon Musk itu yang mendirikan pabrik baru di India. Di “Negeri Jiran”, Tesla mendirikan pusat operasi regional.
Tentunya, basis regional itu hanya mengatur distribusi dan penjualan yang memungkinkan produk-produk Tesla mendapatkan pasar kawasan Asean. Manuver Tesla inipun jadi sorotan para praktisi bisnis internasional, sebaliknya membuat gondok Indonesia.
Teranyar, Perwakilan Kamar Dagang AS Indonesia A. Lin Neumann mengunggah opini di Nikkeiasia terkait “cinta segitiga” Tesla, Malaysia, dan Indonesia. Tesla yang berkomitmen membangun kantor pusat regional di Cyberjaya, Malaysia disebut cocok dengan proposal yang ditawarkan Malaysia.
Lebih jauh, sebagaimana diungkapkan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Tesla memilih Malaysia karena jatuh hati terhadap kondisi sosial dan politiknya. “Ketika pemerintah persatuan muncul, ada stabilitas politik. Ketika iklim politik stabil, orang pasti akan datang,” kata Anwar, dikutip dari channelnewsasia.com.
Kembali kepada opini Neumann, disebutkan pertemuan dan lobi Pemerintah Indonesia dan Tesla terancam gagal. Sebab, Tesla membutuhkan tarif pajak yang lebih bebas untuk produk impor utuh, sekaligus minim proteksi pelaku industri lokal.
Baca Juga
Sebagaimana informasi yang diterima Bisnis, pada Selasa (1/8/2023) malam, sebagai respon terhadap manuver tersebut, Menko Marves Luhut B. Pandjaitan pun terbang menemui Elon Musk di Amerika Serikat. “[Luhut] Sudah berangkat ke AS,” ungkap salah satu pejabat Kemenko Marver kepada Bisnis.
Persoalan kemudian, Indonesia seharusnya tidak kebakaran jenggot dengan aksi Tesla lebih dulu mendekati Malaysia. Sebab, sejak semula, pendekatan Indonesia menggaet investasi Tesla, jauh berbeda dengan cara Malaysia.
Memang, sejak jauh-jauh hari pemerintah menggemborkan bahwa Tesla bakal masuk ke Indonesia secara resmi. Tercatat sejak 2020, isu tersebut telah dihembuskan.
Bahkan, isu itu terus menguat seiring kunjungan langsung Presiden Joko Widodo dan rombongan ke markas Tesla pada akhir tahun lalu. Di sana, Elon Musk langsung menyambut delegasi resmi.
Saat itu, Presiden Jokowi bersama Menko Marves Luhut Pandjaitan pun optimistis Tesla bakal memboyong basis produksi ke Indonesia. Apalagi, bermodal cadangan nikel sebagai material utama baterai, Indonesia tengah gencar mengkampanyekan program kendaraan listrik, termasuk di lingkungan Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Kami masih dalam proses berbicara dengan Elon Musk, dengan Tesla, tetapi saya meyakini, Tesla akan membangun pabrik baterai dan industri mobil di Indonesia," kata Jokowi dalam wawancara dengan Pemimpin Redaksi The Economist, dikutip dari siaran Youtube, Minggu (13/11/2022).
Persoalan kemudian, hingga tahun berganti dan pertemuan G20 Bali terlewati di mana Elon Musk absen, belum ada hilal Tesla parkir di Indonesia. Namun, Indonesia pun tak perlu cemburu berlebih terhadap Malaysia yang berhasil bersolek kepada Tesla.
Sekali lagi, tawaran Indonesia jauh berbeda dengan Malaysia. Di “Negeri Jiran”, Tesla dijanjikan bisnis dan pasar mobil listrik, sedangkan Indonesia menawarkan rantai pasok industri baterai.
Singkatnya, tak mengapa Tesla berjualan di Malaysia, asalkan pabrik berdiri di Indonesia. Hanya saja, harapan itupun harus diperjuangkan. Belakangan, Tesla justru mendarat di India untuk fasilitas produksi mobil listrik murah.
Hal inipun enggan diakui pemerintah. Luhut bahkan menyatakan bahwa perusahaan milik miliarder Elon Musk itu hanya akan membuka showroom di India. "Enggak, Nggak ada [pabrik]. Mereka itu adalah apa buka showroom," kata Luhut di saat ditemui di Stasiun KCIC Halim, Jakarta, Kamis (22/6/2023).