Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lawan Mobil Listrik China, Jepang Mulai Berburu Kobalt dan Litium di Afrika

Pemerintah Jepang turun tangan langsung memburu kerja sama pasokan material baterai mobil listrik seperti kobalt hingga litium dari negara-negara Afrika.
Rekanan yang akan mengerjakan produksi modul baterai masa depan di Pabrik BMW Group Leipzig (25/09/2020). /BMWrn
Rekanan yang akan mengerjakan produksi modul baterai masa depan di Pabrik BMW Group Leipzig (25/09/2020). /BMWrn

Bisnis.com, JAKARTA- Pemerintah Jepang memburu kontrak kerja sama dengan berbagai negara di Afrika guna mengamankan rantai pasok material baterai mobil listrik dan kendaraan listrik.

Dikutip dari Nikkeiasia, Rabu (2/8/2023), Pemerintah Jepang berencana untuk bekerja sama dengan tiga negara Afrika untuk mengembangkan rantai pasokan kobalt dan mineral lain yang penting dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.

Tokyo akan bekerja sama dengan Zambia, Republik Demokratik Kongo, dan Namibia untuk memperluas eksplorasi bersama di setiap negara. Proyek-proyek tersebut akan dimulai segera pada tahun ini.

Jepang ingin mendiversifikasi sumber mineral penting, termasuk litium, untuk meningkatkan keamanan ekonomi dan melawan pertumbuhan investasi China di negara-negara Afrika.

Organisasi Jepang untuk Keamanan Logam dan Energi (Japan Organization for Metals and Energy Security/Jogmec) segera menandatangani nota kesepahaman dengan Zambia. Jogmec juga akan menyelesaikan rencana kerja dengan Kongo dan Namibia berdasarkan kesepakatan awal yang telah dicapai dengan kedua negara.

Yasutoshi Nishimura, Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang mengatakan akan mengunjungi tiga negara, bersama dengan Angola dan Madagaskar, selama tur delapan hari di Afrika yang akan berakhir 13 Agustus. Penandatanganan nota kesepahaman dan perjanjian lainnya akan bertepatan dengan rencana perjalanan.

Meskipun Jogmec aktif di Zambia, Kongo, dan Namibia, tidak ada perusahaan swasta Jepang yang memasuki negara-negara tersebut untuk mengembangkan proyek pertambangan mineral penting karena berbagai risiko dan modal besar yang dibutuhkan. Upaya yang dipimpin pemerintah untuk mengembangkan sumber daya terlihat membantu menarik investasi swasta.

Jepang dan Zambia akan mulai menjelajahi seluruh negara Afrika, memperluas cakupan pencarian dari kobalt dan tembaga hingga memasukkan nikel. Melalui Jogmec, Jepang akan menyediakan teknologi penginderaan jauh untuk mengidentifikasi lokasi penambangan potensial menggunakan citra satelit.

Tokyo akan mengadakan konferensi dengan bisnis swasta untuk membahas investasi pertambangan. Perusahaan Jepang seperti Nissan Motor dan Hanwa diharapkan hadir.

Di Kongo, tembaga dan litium akan menjadi target eksplorasi yang diperluas. Sebuah pusat penginderaan jauh sedang dibangun di negara tersebut dengan dukungan dari Japan International Cooperation Agency. JOGMEC akan berada di antara mereka yang membantu melatih orang lokal dalam teknologi.

Untuk Namibia, Jepang akan menyetujui rencana kerja dengan Epangelo, perusahaan pertambangan milik negara Namibia, yang ingin memperkuat rantai pasokan tanah jarang dan mineral lainnya.

 

Meskipun Namibia kaya akan seng, tembaga, dan sumber daya lainnya, rantai pasokannya masih belum berkembang. Namun Namibia memiliki pelabuhan besar yang menempatkan negara itu dalam persaingan untuk menjadi pusat ekspor utama Afrika.

Jepang berusaha untuk terlibat dalam pengembangan tambang Afrika pada tahap awal dengan tujuan mengimpor sumber daya dari wilayah tersebut. Tokyo akan memperdalam hubungan dengan ketiga negara tersebut dengan tujuan membangun rantai pasokan Afrika yang mampu mengekstraksi, memurnikan, dan mengangkut mineral penting.

Permintaan meningkat untuk mineral seperti kobalt dan nikel, yang digunakan untuk membuat baterai kendaraan listrik. Kongo menguasai 70 persen pasokan global kobalt berdasarkan volume. Afrika juga merupakan sumber utama tembaga.

Perusahaan China banyak berinvestasi di Afrika, terutama di Kongo. Akibatnya, China dengan cepat memperluas pangsa pasarnya dalam memproses mineral EV yang penting.

Jika China membatasi ekspor sebagai tanggapan atas ketegangan dengan AS, itu akan menghambat upaya Jepang dan negara-negara Barat untuk membawa EV sebagai program utama mengurangi emisi karbon.

Jepang dan negara G7 lainnya sangat bergantung pada China dan beberapa negara lain untuk impor mineral penting. Selama KTT bulan Mei di Hiroshima, para pemimpin G7 sepakat dalam komunike bersama untuk bekerja dengan negara-negara berkembang untuk mendiversifikasi rantai pasokan mineral penting.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper