Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kendaraan Listrik Banyak Impor, Ekspor ICE Minta Digenjot

Sejauh ini ekspor produk otomotif merupakan salah satu penopang kontribusi industri manufaktur terhadap neraca dagang.
Ilustrasi kegiatan ekspor mobil/BMW
Ilustrasi kegiatan ekspor mobil/BMW

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI menyampaikan pihaknya selalu mendorong Agen Pemegang Merek  (APM) untuk menambah pasar baru dalam hal ekspor otomotif pada era elektrifikasi. Sebaliknya, pemerintah juga mendorong peningkatan TKDN kendaraan listrik, baik roda dua maupun roda empat.

Perlu diketahui, transisi era kendaraan cetus internal ke listrik akan berdampak pada industri otomotif, salah satunya pada kinerja ekspor. Persoalannya, industri Indonesia yang sudah cukup kuat dalam ekspor otomotif eksisting yakni komponen maupun mobil ICE harus bisa mengikuti standar negara tujuan yang semakin ketat.

Di sisi lain, dalam menjejak era elektrifikasi, Indonesia pada tahap awal seperti sekarang masih mengandalkan berbagai produk impor yang didatangkan secara terurai maupun utuh. Dampak ekspor dan terbukanya keran impor berbagai produk kendaraan listrik pun berpotensi mempengaruhi neraca dagang.

Juru Bicara Kemenperin RI Febri Hendri Antoni Arif mengatakan dalam hal ini APM harus bisa menambah tujuan baru negara ekspor baru dalam masa transisi teknologi kendaraan ICE ke EV.

“Perindustrian selalu menginisiasi kepada para APM untuk mencari pasar pasar baru. Contohnya seperti Toyota yang sudah menemukan pasar baru ke negara Australia, yang tadinya Timur Tengah sudah biasa,” kata Febri di Jakarta, Rabu (31/5/2023).

Dia menambahkan, Australia yang memiliki standar kendaraan yang tinggi di negaranya bisa ditembus oleh mobil buatan Indonesia. Artinya, ekspor ke negara-negara baru membutuhkan upaya lebih karena harus memenuhi standar negara tujuan.

Selain dari sisi APM, pemerintah juga turut membantu kinerja dagang internasional ini melalui skema government to government atau G2G, agar dalam pelaksanaannya berjalan dengan lancar.

“Ini dalam rangka kompatibel standar di sana karena setiap negara punya standar, seperti Amerika punya standar kita harus berusaha. Kemarin pas menko disana ekspornya sudah kesana juga, dan itu sebuah keniscayaan industri otomotif, dan ini edukasi terus dan proses G2G sebenarnya [menghilangkan] bottleneck nya,” tambahnya.

Terkait importasi kendaraan listrik, Febri mengungkapkan sejauh ini pemerintah telah memiliki peta jalan, termasuk menyasar peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Hal ini, sebutnya, secara bertahap akan melokalisasi berbagai produk kendaraan listrik.

“Tahun ini TKDN sudah di atas 40 persen targetnya, tahun depan bisa mulai 60 persen,” jelasnya.

Sebagian informasi, secara nilai Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diterima Bisnis, kinerja ekspor otomotif dengan kode HS 87 mencapai US$3,4 miliar, naik 5,3 persen secara tahun (year on year/yoy) pada Januari-April 2023.

Secara volume, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) kinerja pengapalan mobil CBU tercatat sebanyak 166.176 unit sepanjang Januari-April 2023, tumbuh 26 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper