Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia Battery Corporation (IBC) menyampaikan progres pabrik baterai kendaraan listrik antara Hyundai dan LG telah mencapai 80 persen.
Direktur Utama IBC, Toto Nugroho menyampaikan pabrik ini memiliki kapasitas 10 GWh atau Giga Watt hour. Jumlah tersebut diklaim menjadi yang terbesar se-Asia Tenggara.
"Berikutnya [proyek] Omega, proyek baterai sell dengan kapasitas 10 GWh dan yang terbesar di asean. Ini investasi antara Hyundai dan LGES," kata Toto di Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR, Rabu (12/4/2023).
Hanya saja, IBC sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hanya memiliki kepemilikan minoritas atau hanya sebesar 5 persen. "Dan kita BUMN di beri kesempatan negosiasi bisa masuk secara minoritas memang tidak besar cuma 5 persen tapi kita akan negosiasi kan hal ini," tambah Toto.
Lebih lanjut, kata Toto, pabrik yang sudah dibandung 80 persen ini akan mulai beroperasi pada tahun depan dan diharapkan proyek ini akan membuat Indonesia menjadi basis produksi kendaraan listrik.
Kemudian, dengan kucuran dana investasi antara LGES dan Hyundai Motors Corp yang mencapai US$1,1 miliar pabrik baterai sell ini nantinya akan memasok kendaraan listrik Hyundai. Bahkan, tidak hanya di Indonesia, pabrik ini juga akan melakukan ekspor sell baterai untuk produk Hyundai di luar negeri.
Baca Juga
"Proyek Omega di Karawang, ini 10gwh hasilnya yang terakhir [pembangunan] sudah sampai 70-80 nilai investasi dari LGES dan Hyundai sebesar US$1,1 miliar dan ini awal dari Indonesia menjadi EV Production HUB yang terintegrasi dengan mobil EV Hyundai," jelasnya.
Namun, dalam hal ini Toto mengakui bahwa pabrik ini tidak mempunyai katoda sendiri. Artinya, komponen tersebut harus diimpor, meski begitu material bahan baku nya seperti nikel berasal dari Indonesia.
"Memang dari pabriknya sendiri katoda nya harus impor dijadikan baterai dan baterainya masuk ke mobil Hyundai, dan stelah terjadi end to end development bagian dari percusors dan baterai materialnya akan datang dari nikel punya Indonesia," tutup Toto.