Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rasio Kepemilikan Mobil Rendah, Gaikindo: Peluang Besar Industri Otomotif

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menilai tren kepemilikan mobil yang masih rendah di Indonesia menjadi peluang yang sangat besar.
Petugas melakukan perawatan terhadap mobil Wuling yang dijual di salah satu showroom di Jakarta, Minggu (16/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Petugas melakukan perawatan terhadap mobil Wuling yang dijual di salah satu showroom di Jakarta, Minggu (16/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Rasio kepemilikan mobil pribadi di Indonesia masih rendah. Meski begitu, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melihat hal tersebut menjadi peluang yang sangat besar.

“Pasar Indonesia masih menjanjikan dan berpotensi untuk berkembang bahkan lebih pesat dibanding negara tetangga,” kata Ketua Bidang Transportasi, Lingkungan, dan Infrastruktur Gaikindo Henry Tanoto kepada Bisnis, Kamis (4/7/2022).

Hal tersebut bukan tanpa alasan. Henry menjelaskan bahwa dibandingkan negara di Asean, tingkat kepemilikan kendaraan roda empat di Tanah Air masih bisa ditingkatkan karena belum terlalu tinggi.

“Rasio kepemilikan mobil di Indonesia adalah 99 unit per 1.000 orang. Sedangkan Thailand 275 per 1.000 orang dan Malaysia 450 per 1.000 orang,” jelasnya.

Meski rasio kepemilikan Indonesia masih rendah, Asean Automotive Federation mencatat penjualan kendaraan roda empat di Tanah Air paling besar dibandingkan negara lain, yaitu 475.321 unit sepanjang paruh pertama 2022 .

Angka tersebut sedikit lebih tinggi dari Thailand yaitu 457.622 kendaraan. Paling banyak selanjutnya adalah di Malaysia yang laku 331.386 unit. Lalu, Vietnam (201.840 unit), Filipina (154.874 unit), Singapura (21.965 unit), dan Myanmar (5.848 unit).

Dilihat dari pertumbuhan pada semester I/2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Vietnam merupakan yang paling tinggi dengan 34,1 persen. Tertinggi kedua adalah Malaysia sebesar 33 persen.

Indonesia yang tumbuh 20,8 persen berada di bawah Thailand dengan 22,6 persen. Selanjutnya adalah Filipina 16,7 persen, Myanmar minus 8,3 persen, dan Singapura minus 34,2 persen.

Melihat data pertumbuhan tersebut, Henry menduga Malaysia dan Thailand bisa tumbuh lebih besar karena pasar Indonesia lebih dulu stabil dari dua negara tersebut.

Tahun lalu, pasar otomotif Indonesia tumbuh meyakinkan karena ada stimulus pajak penjualan atas barang mewah yang ditanggung pemerintah (PPnBM DTP). Henry melihat dukungan tersebut berdampak positif terhadap industri kendaraan roda empat.

“Jadi, memasuki tahun 2022 starting point market Indonesia sudah cukup tinggi. PPnBM DTP tetap berkontribusi positif terhadap pencapaian di tahun 2022 meskipun dukungan insentif lebih kecil,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper