Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenkeu Ungkap Alasan Warga RI Masih Pikir-Pikir Pakai Mobil Listrik

Harga mobil listrik yang cenderung mahal membuat mobil tersebut hanya bisa dimiliki 5 persen dari penduduk Indonesia.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengendarai mobil listrik usai Penyerahan Mobil Listrik untuk Mendukung Kegiatan Presidensi G20 di Indonesia tahun 2022 di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (24/11/2021). Hyundai menyerahkan 42 unit mobil listrik, yang akan digunakan sebagai kendaraan resmi delegasi Presidensi G20 Indonesia pada tahun 2022. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengendarai mobil listrik usai Penyerahan Mobil Listrik untuk Mendukung Kegiatan Presidensi G20 di Indonesia tahun 2022 di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (24/11/2021). Hyundai menyerahkan 42 unit mobil listrik, yang akan digunakan sebagai kendaraan resmi delegasi Presidensi G20 Indonesia pada tahun 2022. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Analis Kebijakan Madya Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Miftahudin mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang membuat peralihan menggunakan mobil listrik terhambat.

Padahal, dia menyebut konsumen tak masalah beralih ke mobil listrik jika memang bisa mengurangi biaya energi. Hal tersebut berdasarkan riset yang dilakukan Pike Research pada 2009 melaporkan bahwa dua dari tiga konsumen bahkan tak segan membayar lebih apabila mobil listrik lebih hemat. Itu sebabnya edukasi konsumen jadi salah satu hambatan.

“Konsumen masih menganggap mobil listrik khususnya di Indonesia masih banyak kekuarangan. Di antaranya adalah sebaran listrik di Indonesia belum merata. Di Jawa surplus, tapi di beberapa pulau ada yang tidak stabil,” kata Miftahudin pada diskusi di Jakarta, Kamis (28/7/2022).

Miftahudin menjelaskan bahwa tantangan selanjutnya adalah harga mobil listrik yang tidak terjangkau. Harganya yang selangit membuat mobil tersebut hanya bisa dimiliki 5 persen dari penduduk Indonesia.

Lalu, masih terbatasnya stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Investasinya, tambah Miftahudin, tidak semasif pada industri kendaraan listrik.

“Karena biaya pembuatan 1 SPKLU lumayan mahal. Paling tidak butuh Rp1 miliar. Rp1 miliar kalau konsumen hanya ada 1.000 kendaraan, tentu tidak balik modal dalam jangka waktu yang masuk akal,” ujarnya.

Hambatan terakhir adalah evolusi teknologi kendaraan listrik. Miftahudin menerangkan bahwa teknologi dari baterai, tempat pengecasan, hingga motornya berbeda-beda.

“Kita harus berhati-hati ketika memilih satu teknologi yang paling pas di Indonesia. Itu bukan perkara yang mudah apakah kita akan membuat model dari perusahaan A atau dari perusahaan B,” ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper