Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mimpi Indonesia Jadi Pemain Baterai Mobil Listrik Bisa Buyar, Karena Ini

Nikel sendiri merupakan material penting untuk membuat baterai listrik berbasis katoda, khususnya jenis baterai NMC811, dengan campuran kobalt dan mangan. Baterai tersebut diketahui membutuhkan kandungan nikel 60 persen dari seluruh material pembuat baterai.
Teknisi memasang baterai pada mobil Nissan. -nissanservicenow.com
Teknisi memasang baterai pada mobil Nissan. -nissanservicenow.com

Bisnis.com, JAKARTA- Indonesia sangat percaya diri bisa memainkan peran penting dalam rantai pasok industri kendaraan listrik seiring kepemilikan nikel yang tebal. Sebaliknya, tren terkini pengembangan baterai listrik justru menempuh trayek berbeda yang cukup cerah.

Nikel sendiri merupakan material penting untuk membuat baterai listrik berbasis katoda, khususnya jenis baterai NMC811, dengan campuran kobalt dan mangan. Baterai tersebut diketahui membutuhkan kandungan nikel 60 persen dari seluruh material pembuat baterai.

Indonesia disebut-sebut menyimpan cadangan nikel paling banyak di dunia saat ini. Bahkan, bermodal cadangan nikel tersebut, pemerintah dimotori Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melobi pemain besar seperti Tesla, CATL, dan LG Group.

Berbagai kebijakan industri otomotif pun dirancang guna memuluskan industrialisasi kendaraan listrik, terutama menciptakan pasar seperti konversi kendaraan konvensional instansi pemerintahan, hingga pasar gemuk pada proyek Ibu Kota Negara (IKN).

Pemerintah juga giat memberikan insentif fiskal, pembebasan bea masuk, hingga kemudahan administratif bagi produsen sampai pengguna kendaraan listrik. Saking percaya dirinya, rombongan Menko Luhut beserta sang keponakan yang juga pejabat Bursa Efek Indonesia yakni Pandu Sjahrir ikut melancong ke Amerika Serikat bertemu dengan Elon Musk.

Keduanya yang juga identik dengan emiten tambang TOBA ikut berkolaborasi bersama Gojek, Pertamina, dan Wika Manufaktur memassalkan sepeda motor listrik. Persoalannya kemudian, mimpi menjadi pemain penting industri kendaraan listrik dengan hanya memegang kendali cadangan nikel dunia, sepertinya belum cukup.

Kini, perkembangan global menempuh rute berbeda. Mobil listrik yang kerapkali menemukan kendala terkait baterai dan materialnya, saat ini dikembangkan memanfaatkan material berbeda, tidak sekadar nikel.

Buktinya, telah berdiri Sila Nanotechnologies , startup baterai yang didirikan oleh seorang mantan insinyur Tesla. Perusahaan itu akan melakukan produksi massal bahan baterai generasi mendatang di mana dapat memotong biaya, meningkatkan jangkauan mengemudi dan mengurangi ketergantungan industri baterai pada China.

Manufaktur ini juga akan didirikan di Amerika Serikat. Dilansir dari Channelnewsasia.com, CEO Sila Nanotechnologies Gene Berdichevsky mengatakan pihaknya akan berinvestasi ratusan juta dolar AS di pabrik baru di negara bagian Washington yang akan dibuka pada 2024. Dia mengatakan bahwa sejak Tesla didirikan pada 2003, harga baterai mobil listrik telah mendatar daripada jatuh sebanyak yang diantisipasi, sehingga bahan baru dapat membantu menurunkan biaya kepada konsumen.

Produsen truk asal Jerman, Daimler AG memiliki saham minoritas di Sila yang tidak terdaftar, yang juga bekerja sama dengan BMW. Sila mengumpulkan tambahan US$590 juta atau Rp 8,5 Triliun tahun lalu, meningkatkan valuasinya menjadi sekitar US$3,3 miliar.

Berdichevsky mengatakan Sila akan menggunakan pabrik baru di kota Danau Moses untuk membuat bahan anoda berbasis silikon yang dapat menyimpan 20 persen lebih banyak energi daripada anoda yang biasanya menggunakan grafit, 70 persen di antaranya berasal dari China. Grafit ada dalam daftar mineral penting AS tetapi silikon tidak, karena pemerintahan Amerika Serikat dibawah pimpinan Joe Biden bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada China dalam rantai pasokan baterai.

Dia mengatakan fasilitas barunya bertujuan untuk memberikan produksi anoda berbasis silikon tahunan yang cukup untuk memberi daya 10 gigawatt jam baterai di 100.000 kendaraan listrik, dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas untuk memberi daya 2 juta kendaraan listrik per tahun.

Sila menjalankan fasilitas produksi uji di kantor pusatnya di Alameda, California yang dapat memproduksi bahan baterai untuk sekitar 1.000 mobil per tahun, meskipun Sila malah membuat bahan yang digunakan untuk jam tangan kebugaran. Berdichevsky mengatakan Sila berusaha mengatasi tantangan peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pembuat mobil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper