Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Teknologi Tukar Baterai Kendaraan: Ditentang Barat, Diadopsi Indonesia

Untuk memperluas cakupan pasar, pemerintah bersama industri di China tengah memperluas penggunaan teknologi penukaran baterai untuk kendaraan bermotor listrik.
Hon Hai Precision Industry Co. Ltd. (Foxconn), Gogoro Inc, PT Industri Baterai Indonesia (IBC), dan PT Indika Energy Tbk menandatangani komitmen kerja sama untuk membangun ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia dengan nilai total investasi mencapai US$8 miliar (setara Rp114 triliun). / Indika Energy
Hon Hai Precision Industry Co. Ltd. (Foxconn), Gogoro Inc, PT Industri Baterai Indonesia (IBC), dan PT Indika Energy Tbk menandatangani komitmen kerja sama untuk membangun ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia dengan nilai total investasi mencapai US$8 miliar (setara Rp114 triliun). / Indika Energy

Bisnis.com, BEIJING- China merupakan pasar terbesar otomotif dunia, termasuk untuk kendaraan bermotor listrik. Saat ini, industri kendaraan di sana tengah memperluas penggunaan teknologi swapping atau penukaran baterai dibandingkan charging atau isi ulang daya.

Dikutip dari Reuters, Jumat (25/3/2022), langkah agresif China memperluas pemanfaatan teknologi kendaraan listrik berbasis swapping memunculkan polemik di kalangan produsen mobil listrik.

Sebagai pasar terbesar mobil listrik (electric vehicles/EV) yang menyerap hampir 50 persen dari total penjualan global sebanyak 6 juta unit, banyak produsen mobil listrik kelimpungan dengan kebijakan China.

Salah satunya adalah Tesla. Sejak setahun lalu, pabrikan EV terbesar di dunia ini menolak kehadiran teknologi penukaran baterai mobil listrik. Tesla menyebutnya akan menuai masalah dan tidak cocok untuk penggunaan skala luas.

Sebaliknya, baik pemerintah maupun industri di China bergeming. Faktanya, China mendorong keras untuk baterai swappable untuk kendaraan listrik (EV) sebagai suplemen untuk pengisian kendaraan biasa, yang disokong pemerintah.

Empat perusahaan China yakni Nio, Geely, Aulton (pengembang battery swap), dan Sinopec berkongsi untuk membangun total 24.000 stasiun pertukaran di seluruh negeri pada 2025. Jumlah itu cukup fantastis, mengingat saat ini hanya terdapat 1.400 stasiun penukaran.

Pertukaran baterai memungkinkan pengemudi untuk mengganti paket yang habis dengan cepat dengan yang terisi penuh, daripada mencolokkan kendaraan ke titik pengisian. Teknologi penukaran baterai ini lebih realistis dibandingkan fasilitas isi daya yang bisa memakan waktu lama dan menyebabkan antrean panjang seiring bertambahnya pengguna EV.

Persoalannya, untuk memperluas penggunaan teknologi penukaran baterai, harus terdapat komitmen atau kebijakan yang mampu mengarahkan penyeragaman teknologi baterai dari tiap produk masing-masing produsen.

Alhasil, kemajuan teknologi penukaran baterai di China dalam model bisnis EV pun ditunggu banyak pihak. Sebab, saat ini mayoritas produsen EV, terutama berasal dari Amerika dan Eropa seperti Tesla, Volkswagen dan General Motors merancang produk dengan baterai ekslusif, dengan fasilitasi pengisi daya sendiri.

Strategi bisnis EV yang masih mencari model paling mapan inipun berada dalam belokan tajam. Berdasarkan laporan Reuters, China tidak saja memacu penggunaan teknologi penukaran baterai untuk pasar domestik, melainkan mengejar kesempatan ekspor.

Tercatat beberapa pemain baterai kendaraan asal China yang mengungkap strategi tersebut. Misalnya, CATL (Contemporary Amperex Technology Company Ltd) yang berbasis di Ningde (300750.SZ), pembuat baterai terbesar di dunia, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka sedang mengembangkan layanan swapping tidak hanya untuk China, tetapi "untuk memenuhi permintaan pasar global".

"Kami mengumpulkan pengalaman di pasar China dan pada saat yang sama berkomunikasi erat dengan mitra luar negeri. Anda akan segera menerima lebih banyak informasi konkret," kata CATL, yang memasok sekitar setengah pasar China dan lebih dari 30% sel baterai yang digunakan EV secara global.

Nio, di antara pembuat EV top China, berencana untuk menawarkan layanan pertukaran baterai kepada pelanggan AS pada 2025. Nio telah memiliki lebih dari 800 stasiun penukaran baterai di China dan baru saja mendirikan yang pertama di Eropa.

INDONESIA

Di lain sisi, perkembangan industri EV di Indonesia pun tengah menghadapi fenomena yang sama. Pemerintah baru-baru ini kembali menerbitkan peraturan terbaru tentang peta jalan, spesifikasi, dan perhitungan tingkat komponen dalam negeri atau TKDN kendaraan bermotor listrik.

Aturan tersebut tertuang dalam Permenperin No. 6/2022 yang menggantikan Permenperin No. 27/2020. Secara garis besar, aturan tersebut mengesankan bahwa pemerintah tengah memburu komitmen investasi kendaraan bermotor listrik maupun baterai.

Untuk itu, pemerintah memperlebar kesempatan bagi para pemain untuk merakit produk yang diimpor baik secara CKD maupun IKD yang diganjar bobot 20% TKDN. Acuan TKDN dan besaran investasi ini akan menentukan fasilitas fiskal yang akan didapatkan para investor.

Dalam aturan tersebut, syarat realisasi investasi manufaktur baterai dan KBL paling sedikit Rp5 triliun, harus dieksekusi selama lima tahun. Hal itu untuk mendapatkan klaim TKDN baterai 30 persen hingga 2023 dan 35 persen mulai 2024 dan seterusnya.

Dalam aturan baru ini juga, investor disyaratkan untuk memanfaatkan kerja sama dengan entitas industri bahan baku baterai yang mengolah sumber bahan baku secara langsung dari pertambangan di dalam negeri atau daur ulang baterai tidak baru. Ketentuan itu termaktub dalam Pasal 12 yang mengharuskan investor melakukan hal tersebut dimulai pada 2028.

Sejauh ini, berbagai kebijakan dan langkah pemerintah itu disebut-sebut telah menggaet investasi baterai, antara lain kerja sama Hyundai Group dan LG Solution yang berinvestasi dalam produksi baterai.

Sedangkan untuk teknologi penukaran baterai, belum lama ini Gojek telah memboyong afiliasinya Gogoro yang juga pemain industri listrik pintar asal Taiwan untuk mendistribusikan produk motor listrik sekaligus stasiun baterai.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper