Bisnis.com, JAKARTA — Realisasi total penjualan mobil listrik di Indonesia sepanjang semester pertama 2021 mencapai 1.900 unit. Jumlah ini terdiri atas model hybrid, plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), dan mobil listrik baterai (BEV).
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi memaparkan bahwa hybrid terjual 1.378 unit, PHEV 34 unit, dan BEV menyumbang 488 unit.
“Ini meningkat jauh dibandingkan tahun lalu, di mana hybrid terjual 1.108 unit, PHEV 6 unit, dan BEV 120 unit,” ujarnya dalam webinar Investor Daily Summit, Rabu (14/7/2021).
Sementara itu, penjualan mobil listrik di Indonesia pada semester I/2021 juga meningkat jauh dibandingkan tahun 2019. Gaikindo mencatat, pada periode tersebut, hybrid mencatatkan penjualan 685 unit, PHEV 20 unit, dan BEV nol penjualan.
Meski mengalami pertumbuhan positif, Nangoi menyatakan bahwa realisasi tersebut masih terpaut jauh dari potensi pasar yang dimiliki oleh Indonesia. Tingginya harga jual mobil listrik menjadi tantangannya.
“Kalau [mobil listrik] ingin berkembang di Indonesia, kita harus menekan harga mobil listrik di bawah Rp300 juta agar daya beli masyarakat dapat menjangkau,” pungkasnya.
Sebagai catatan, Mobil listrik memiliki harga jual yang lebih mahal daripada mobil konvensional lantaran komponen utamanya, yaitu baterai, belum diproduksi secara massal. Adapun, harga baterai mobil listrik sendiri sekitar 40 persen dari harga mobil listrik.
Persoalan lain adalah jarak tempuh mobil listrik masih terbatas karena kapasitas baterai dan juga minimnya infrastruktur stasiun pengisian daya. Ini berbeda jika dibandingkan dengan mobil berbahan bakar minyak yang memiliki jarak tempuh panjang karena dukungan ketersediaan stasiun pengisian bahan bakar.
Di sisi lain, sejumlah pabrikan otomotif telah menunjukkan keseriusan dalam menggarap pasar mobil listrik di Indonesia. Hyundai, misalnya, berkomitmen mengembangkan mobil listrik di Indonesia dengan mendirikan pabrik di atas lahan seluas 77,6 hektare di Kota Deltamas, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
PT Hyundai Motors Indonesia bahkan sudah meluncurkan dua mobil listrik, yakni Hyundai Ioniq EV dan Hyundai Kona EV. Kehadiran dua produk ini menjadi wujud komitmen perusahaan dalam mempercepat elektrifikasi kendaraan bermotor di Indonesia.
Sementara itu, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), selaku produsen produk Toyota di Indonesia berkomitmen memproduksi kendaraan hibrida secara lokal mulai tahun 2022. Langkah ini bertujuan memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
Sikap berbeda justru ditunjukkan PT Honda Prospect Motor (HPM), yang tidak mau terburu-buru memboyong line-up mobil listrik ke Indonesia. Honda sejauh ini masih melakukan studi dan riset kondisi pasar terkait kebutuhan kendaraan listrik.
“Dalam meluncurkan satu mobil elektrifikasi, harus hati-hati dan harus dipelajari dengan benar,” ujar Business Innovation and Sales & Marketing Director HPM Yusak Billy.
Menurut Billy, Honda masih terus mempelajari teknologi yang tepat untuk ditawarkan kepada konsumen. Di sisi lain, pemahaman soal regulasi serta infrastruktur mobil listrik turut menjadi landasan perusahaan dalam menentukan model yang akan dibawa.
Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta semua pihak bekerja sama mendukung percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Satu di antaranya dia meminta dukungan perbankan dalam hal pembiayaan.
“Presiden sudah menandatangani Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Untuk Transportasi Jalan. Dengan kebijakan ini diharapkan kendaraan listrik menjadi solusi untuk mengurangi konsumsi BBM, meningkatkan kualitas udara, serta peluang bagi Indonesia untuk menjadi basis produksi dan ekspor KBLBB,” ujar Moeldoko saat memimpin rapat koordinasi Percepatan Program KBLBB, secara virtual, di Jakarta, Selasa (13/7/2021).
Baca Juga
Merespons hal tersebut, perbankan masih sangat berhati-hati menyalurkan pembiayaan untuk kendaraan listrik. Selain itu permintaan masyarakat juga masih terbilang rendah.
“Perhatian yang paling utama lebih ke bagaimana meningkatkan persepsi dan minat masyarakat untuk menggunakan kendaraan listrik. Kami sudah memiliki produk pinjaman khusus untuk kendaraan listrik sejak tahun lalu, tetapi demand masyarakat masih belum seperti yang kami harapkan,” kata Direktur Bisnis Kecil dan Menengah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (Persero) Amam Sukri.