Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Jangan Jumawa Punya Nikel, Buktinya Tesla Pilih India

Ternyata pertimbangan pabrikan mobil listrik bukan hanya pada kekayaan bahan baku saja.
Petugas mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di kawasan Fatmawati, Jakarta, Sabtu (12/12/2020). ANTARA FOTOrn
Petugas mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di kawasan Fatmawati, Jakarta, Sabtu (12/12/2020). ANTARA FOTOrn

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia boleh saja mengukuhkan diri sebagai salah satu negara penguasa pasokan nikel di dunia. Berbekal itu, Indonesia pun sah saja percaya diri menyongsong era mobil listrik. 

Namun rupanya hal tersebut bukan satu-satunya pemanis yang akan membuat investor kakap kendaraan listrik masuk ke Indonesia. Buktinya, Tesla justru memilih India untuk mendirikan pabrik mobil bertenaga baterai.

Sedikit berbicara soal mobil listrik, Tesla adalah salah satu pelopornya. Perusahaan yang didirikan Elon Musk ini pun telah menjadi bintang di Wall Street. Kinerja Tesla memang bukan hanya ditopang oleh mobil listrik, tetapi prospek lini bisnis otomotif ini sangat menjanjikan.

Saat ini memang populasi mobil listrik di dunia masih terbilang kecil apabila dibandingkan dengan mobil berbahan bakar bensin. Namun mengutip data International Energy Agency (IEA) tren kenaikan penjualan penjualan mobil listrik tidak main-main. 

Pada tahun 2010, penjualan mobil listrik secara global hanya 17.000 unit. Kemudian, pada  2019, angkanya meroket menjadi 2,1 juta unit. Namun pasarnya masih terkonsentrasi di Cina, Eropa, dan Amerika Serikat.

Kenaikan tren mobil tanpa emisi karbon tersebut mengkerek pamor nikel. Pasalnya logam yang sebelumnya dikenal sebagai bahan baku stainless steel ini adalah bahan dasar pembuatan baterai mobil listrik.

Tidak heran pada akhir tahun 2020, LG Chem Ltd membenamkan investasi terbesar pasca reformasi, yakni Rp142 triliun di Indonesia. Rencananya perusahaan asal Korea Selatan ini hendak membangun pabrik baterai. 

Seiring dengan masuknya investasi tersebut, kabar Tesla ke Indonesia pun berhembus. Pada mulanya isu ini muncul setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) berbicara dengan Elon Musk melalui telepon pada Desember 2020.

Namun kemudian harapan tersebut menjadi samar dengan munculnya informasi mengenai Tesla yang hendak membangun pabrik mobil listrik di India. 

Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Indef Andry Satrio Nugroho mengatakan bahwa pertimbangan pabrikan mobil listrik bukan hanya pada kekayaan bahan baku saja. Akan tetapi juga pada lingkungan, sosial, dan tata kelola (envinronmental, social, and governance/ESG) serta kemampuan hilir. 

Dia menjelaskan bahwa dengan meningkatnya kesadaran akan masalah lingkungan dan sebagai pemimpin industri yang mengkampanyekan transisi hijau, Tesla tentu perlu memastikan kepatuhan produksinya sesuai dengan penilaian risiko lingkungan.

Indonesia Jangan Jumawa Punya Nikel, Buktinya Tesla Pilih India

Tesla Model 3 tengah diproduksi di pabrik Shanghai, China, 7 Januari 2020. -Reuters

Dalam hal itu, Indonesia terbukti tidak siap untuk investasi berkualitas yang menjadikan ESG sebagai salah satu perhatian utamanya. Alhasil, dari aspek rantai pasokan hingga kesejahteraan tenaga kerja, Indonesia masih tertinggal untuk memenuhi praktik standar ESG yang mendasar.

Sementara itu saat ini Bangalore atau yang dikenal dengan Bengaluru, kawasan yang kabarnya dipilih Tesla membangun pabrik mobil listrik, merupakan kota kosmopolitan yang menjadi hub teknologi terbesar di Asia Selatan. Wilayah ini memiliki julukan 'Silicon Valley of India'. 

Bangalore juga dikenal sebagai kota yang paling hijau di India. Tidak mengherankan jika Tesla memilih India dibandingkan Indonesia sebagai basis produksi ketiga setelah Amerika Serikat dan China. 

Adapun selain itu, Indonesia juga memliki pekerjaan rumah lain untuk dilirik pabikan mobil listrik sekelas Tesla. Pabik mobil listrik adalah industri hilir yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi, sehingga membutuhkan pasar yang menyerap produknya. 

Sebagai gambaran, varian termurah Tesla yang saat ini dipasarkan adalah Model 3. Mobil ini dibanderol Rp1,5 miliar di Indonesia oleh importir umum PT Prestige Image Motorcars.

Sementara itu saat ini kemampuan daya beli kebanyakan konsumen otomotif Tanah Air adalah sekitar Rp200 juta. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), mobil dengan kisaran harga tersebut berkontribusi sekitar 60 persen terhadap penjualan kendaraan roda empat atau lebih setiap tahunnya. 

Sementara itu merek-merek premium di Indonesia hanya kebagian kue pasar kurang dari 1 persen. Itu pun masih banyak model dari merek mewah yang memiliki produk dengan harga kurang dari Rp1 miliar. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper