Bisnis.com, JAKARTA — Industri komponen menilai diskon pajak mobil yang diberikan pemerintah mulai bulan depan setidaknya dapat mendorong penjualan mobil kelas menengah atau yang di bawah 1.500 cc sekitar 25 persen. Sayangnya, industri komponen belum memandang positif kebijakan tersebut.
Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) Wan Fauzi mengatakan hingga saat ini order komponen mobil masih belum melaju lagi. Komponen industri otomotif baru mulai digerakkan oleh komponen motor yang saat ini juga harus terhambat kelangkaan dan kenaikan harga.
Menurut Fauzi, kenaikan harga tersebut kini telah semakin menguras arus kas perusahaan komponen yang selama ini sudah seret akibat kehilangan order sejak tahun lalu karena pandemi Covid-19.
"Jadi penjualan mobil nanti juga kemungkinan hanya menghabiskan stok tahun lalu yang masih menumpuk di gudang. Kalau produksi baru lagi paling setelah lebaran atau tiga bulan lagi. Tahun lalu waktu stop produksi mobil, stok material masih banyak," katanya kepada Bisnis, Minggu (14/2/2021).
Alhasil, Fauzi menyebut dampak pada industri komponen tentu masih harus dilihat lagi dari efektifitas kebijakan ini dalam mendorong penjualan mobil untuk pasar domestik.
Adapun Kementerian Perinudstrian pernah mencatat industri pendukung otomotif menyumbang jumlah pekerja lebih dari 1,5 juta orang dan kontribusi PDB sebesar Rp700 triliun. Sementara kontribusi industri bahan baku oleh industri komponen lokal tercatat sekitar 59 persen pada industri otomotif.
Baca Juga
Sejumlah sektor pendukung industri otomotif yakni pelaku industri tier II dan tier III yang terdiri dari 1.000 perusahaan dengan 210.000 pekerja, pelaku industri tier I yang terdiri dari 550 perusahaan dengan 220.000 pekerja, perakitan 22 perusahaan, dan dengan 75.000 pekerja, dealer dan bengkel resmi 14.000 perusahaan dengan 400.000 pekerja, serta dealer dan bengkel tidak resmi 42.000 perusahaan dengan 595.000 pekerja.
Sisi lain, Fauzi berharap pemerintah memperhatikan industri ini secara keseluruhan tidak asal mobil yang penting laku saja. Pasalnya, industri komponen saat ini semakin kesulitan dan belum ada kebijakan yang paling tidak dapat membantu pengusaha dalam menjalankan kelangsungan usahanya.
"Kami mau ke Kemenperin, Kemenkop, atau Kemendag sudah tidak tahu lagi, perbankan tidak mau memberi kredit lagi. Padahal kalau takut kami kesulitan bayar ke depan bisa dengan skema membiayai agunan kami yakni material yang kami beli untuk produksi komponen," ujar Fauzi.
Dia menambahkan pelaku usaha kini juga mau tidak mau mengambil pembiayaann pada lembaga nonbank yang bunganya cukup tinggi. Bahkan, tak sedikit yang mulai menawarkan menjual berbagai aset guna menjaga keberlangsungan pabrikan.