Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Era Kendaraan Listrik Mendekat, Industri Pelumas Makin Lemas

Industri pelumas dalam negeri diprediksi kian melemah seiring dengan langkah cepat pemerintah Indonesia menyambut era kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.
Pelumas. Strategi diversifikasi usaha menjadi langkah penting untuk menghadapi kondisi pasar otomotif di masa mendatang. /Perdippi
Pelumas. Strategi diversifikasi usaha menjadi langkah penting untuk menghadapi kondisi pasar otomotif di masa mendatang. /Perdippi

Bisnis.com, JAKARTA – Industri pelumas dalam negeri diprediksi kian melemah seiring dengan langkah cepat pemerintah Indonesia menyambut era kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.

Dewan Penasihat Masyarakat Pelumas Indonesia (Maspi) Muwardi mengatakan bahwa perkembangan mobil listrik di Indonesia akan membuat industri pelumas di Indonesia kian lemas karena turunnya volume permintaan.

“Yang sudah pasti secara volume akan menurun jauh karena pada mobil listrik sangat minim penggunaan pelumasnya, hanya di bagian motor listrik,” ujar Muwardi saat dihubungi Bisnis, Senin (11/1/2021).

Menurutnya, penurunan volume permintaan tersebut akan berdampak cukup besar terhadap lini bisnis pelumas. Di sisi lain, Maspi belum melakukan pembahasan terkait dengan diversifikasi bisnis pelumas untuk kendaraan listrik.

Dia pun menilai industri pelumas di dalam negeri secara keseluruhan belum siap menghadapi peralihan dari kendaraan berbahan bakar minyak ke era kendaraan listrik.

“Sektor swasta masih belum siap. Kalau dari Pertamina sepertinya sudah mulai mempelajari sisi charging station [kendaraan listrik] untuk sisi perluasannya,” tutur Muwardi.

Laporan McKinsey berjudul Impact of Electric Vehicles on Lubricants Demands mengungkapkan kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) tidak menggunakan oli mesin karena tak memiliki mesin pembakaran internal dan hanya menggunakan sedikit gemuk.

Sementara untuk model hibrida dan plug-in hybrid vehicle (PHEV) masih menggunakan oli mesin lantaran masih memiliki powertrain. Namun, model ini membutuhkan pelumas dengan tingkat performa lebih tinggi dari oli pada umumnya.

Akibatnya, permintan oli mesin untuk kendaraan konvensional diperkirakan menjadi sektor yang terpukul paling parah seiring dengan pertumbuhan kendaraan listrik global.

Studi McKinsey memperkirakan permintaan pelumas di Asia akan tumbuh 1,5 persen per tahun menjadi 11 juta metrik ton. Namun, penurunan permintaan di Eropa dan Amerika Utara akan turun satu persen per tahun. Dampak ini dinilai akan semakin terasa setelah 2030.

Andria Nusa, Direktur Penjualan dan Pemasaran PT Pertamina Lubricants, dalam diskusi virtual pada pertengahan 2020 menyatakan penurunan permintaan pelumas tidak akan terjadi dalam waktu dekat, sebab kendaraan listrik belum populer di masyarakat.

Oleh karena itu, dia menilai strategi diversifikasi usaha menjadi langkah penting untuk menghadapi kondisi pasar otomotif di masa mendatang.

“Kalau kami usaha pelumas terus mungkin tidak masalah sampai dengan 10 tahun, tidak ada penurunan signifikan, tetapi di atas 10 tahun akan sangat berpengaruh,” tuturnya.

Sementara itu, laporan McKinsey mengemukakan bahwa industri pelumas perlu memperluas pangsa pasarnya di Asia untuk menghindari penyusutan pasar, sekaligus mempertahankan pertumbuhan.

Alternatif lain adalah berfokus pada produk margin yang lebih tinggi seperti pelumas sintetis atau pelumas bermutu tinggi untuk pasar mobil hibrida dan PHEV yang sedang berkembang.

AMBISI PEMERINTAH

Di sisi lain, pemerintah Indonesia berambisi membirukan langit dengan kendaraan listrik. Beragam insentif pun digelontorkan untuk menyambut era elektrifikasi di dalam negeri.

Keseriusan pemerintah untuk mendorong pengembangaan industri kendaraan listrik tertuang dalam Perpres No. 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.

Sementara untuk mempercepat kendaraan bermotor listrik (KBL) berbasis baterai dalam negeri, industri kendaraan bermotor dan komponen kendaraan bermotor, yang telah memiliki izin usaha industri dapat mengikuti program percepatan KBL berbasis baterai.

Beragam insentif digelontorkan, tetapi dengan sejumlah syarat. Pabrikan harus memenuhi tingkat komponen dalam negerinya minimal 35 persen per 2019 hingga 2021. Adapun, pada 2030 dan seterusnya, kandungan lokal mesti mencapai 80 persen.

Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), yang dikecualikan sebagai bentuk insentif fiskal bagi kendaraan berteknologi listrik.

Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Peraturan Gubernur No. 3/2020 yang mengecualikan kendaraan listrik dari ketentuan Bea Balik Nama dan aturan pembatasan kendaraan pribadi.

Dari sisi pabrikan, sudah Hyundai yang berkomitmen mengembangkan mobil listrik di Indonesia dengan mendirikan pabrik di atas lahan seluas 77,6 hektare di Kota Deltamas, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

PT Hyundai Motors Indonesia bahkan sudah meluncurkan dua mobil listriknya, yakni Hyundai Ioniq EV dan Hyundai Kona EV. Kehadiran dua produk ini menjadi wujud komitmen perusahaan dalam mempercepat elektrifikasi kendaraan bermotor di Indonesia.

PT Toyota Astra Motor juga berencana memperluas pasar mobil elektrifikasi nasional dengan menyiapkan lini kendaraan listrik berbasis baterai, melalui brand Lexus.

Sementara itu, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), selaku produsen produk Toyota di Indonesia berkomitmen memproduksi kendaraan hibrida secara lokal mulai 2022. Langkah ini bertujuan memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper