Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Net Zero, Nestle Beralih ke Armada Logistik Rendah Emisi

Nestle meluncurkan Net Zero, peta jalan pabrikan tersebut dalam mengatasi perubahan iklim yang berfokus pada tiga area : bahan baku, proses bisnis, dan produk. Salah satu langkah taktisnya adalah transisi proses logistik dengan armada rendah emisi.
Dalam operasi sendiri, Nestle akan mengalihkan armada kendaraan global ke opsi emisi yang lebih rendah pada 2022. /Nestle
Dalam operasi sendiri, Nestle akan mengalihkan armada kendaraan global ke opsi emisi yang lebih rendah pada 2022. /Nestle

Bisnis.com, JAKARTA - Nestle meluncurkan Net Zero, peta jalan pabrikan tersebut dalam mengatasi perubahan iklim yang berfokus pada tiga area : bahan baku, proses bisnis, dan produk. Salah satu langkah taktisnya adalah transisi proses logistik dengan armada rendah emisi.

"Menangani perubahan iklim tidak bisa menunggu, dan begitu juga dengan kami. Ini sangat penting untuk kesuksesan jangka panjang bisnis kami," kata Mark Schneider, CEO Nestlé, dalam keterangan pers, Kamis (3/12/2020).

Untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5°C akan membutuhkan perubahan besar pada cara memindahkan barang ke seluruh dunia. Nestle akan mewujudkan Ambisi 2050 melalui jaringan logistik yang lebih bersih dan ramping yang mengirimkan bahan-bahan dari pertanian ke pabrik, dan produk ke pusat distribusi di seluruh dunia.

"Kami akan terus mengurangi emisi di seluruh transportasi dengan memaksimalkan penggunaan ruang di kendaraan kami, mengurangi konsumsi bahan bakar, dan beralih ke bahan bakar yang lebih rendah emisi."

Nestle akan mengoptimalkan rute, penggunaan kendaraan dengan lebih efisien, dan bekerja sama dengan penyedia logistik untuk beralih ke bahan bakar rendah emisi.

Seperti dikutip dari Nestle Net Zero Roadmap, armada rendah emisi tersebut termasuk listrik ramah lingkungan, hidrogen hijau, dan bahan bakar nabati yang terbuat dari limbah. "Kami juga berharap untuk menggunakan lebih banyak pilihan transportasi kereta api dan antarmoda, dan gudang kami meminimalkan konsumsi energi, beralih ke listrik terbarukan dan mengurangi limbah.

Nestle telah mengidentifikasi 11 area penting yang memungkinkan dilakukan pengurangan emisi signifikan. Ini termasuk meningkatkan moda transportasi dan beralih ke moda transportasi yang tidak intensif karbon, menerapkan logistik ramping, dan mengembangkan peta jalan yang disesuaikan dengan wilayah dan bisnis tertentu.

Dalam operasi sendiri, Nestle akan mengalihkan armada kendaraan global ke opsi emisi yang lebih rendah pada 2022, dan untuk mengimbangi emisi yang tersisa. Pada tahap awal, Nestle akan mengurangi emisi dengan beralih ke kendaraan berstandar emisi EURO V dan VI.

Adapun dalam kemitraan dengan pemasok logistik, Nestle akan beralih dari transportasi bertenaga bahan bakar fosil ke bahan bakar dengan emisi knalpot lebih rendah atau nol. Ini termasuk kendaraan bertenaga hidrogen, listrik dan biofuel, di mana bahan bakar ini belum diproduksi dalam persaingan dengan tanaman pangan.

Selain itu, pabrikan makanan dan minuman terbesar dunia ini menyiapkan sejumlah dukungan untuk memacu transformasi tersebut.

Pertama, membantu mengembangkan lingkungan peraturan yang tepat, khususnya kebijakan dan investasi publik yang mendukung transportasi antarmoda dan koridor kereta api.

Kedua, mendukung pengembangan teknologi, komersialisasi dan investasi publik, untuk infrastruktur listrik, hidrogen dan biogas, termasuk stasiun pengisian.

Ketiga, melibatkan penyedia logistik (terutama truk dan angkutan laut, dan produsen truk) untuk mempercepat penyediaan solusi rendah karbon. Karena tidak ada perusahaan dapat mencapai ini sendiri, Nestle secara aktif terhubung dengan program logistik hijau, industri logistik, organisasi pemerintah dan LSM, serta organisasi benchmarking dan audit.

Sektor pengangkutan dan distribusi bahan dan produk Nestle menyumbang 7,5 juta ton emisi CO2e pada 2018. Berikut ini sumber utama emisi logistik Nestle pada 2018 :

• Transportasi masuk: 3,2 juta ton CO2e
• Transportasi keluar: 3,6 juta ton CO2e
• Energi: 0,4 juta ton CO2e
• Limbah: 0,02 juta ton CO2e

Di Indonesia, Nestle secara resmi mulai membuka bisnisnya dengan mendirikan perusahaan PT Food Specialities Indonesia pada 1971. Nestle Indonesia memiliki pabrik Kejayan yang merupakan salah satu dari 10 fasilitas produksi terbesar pabrikan asal Swiss itu.

Terbaru, Nestle mengungkapkan rencana ekspansi usaha di Indonesia dengan nilai investasi 100 juta dolar AS di tengah pandemi Covid-19. “Karena itu sebagai perusahaan yang memiliki komitmen jangka panjang, Nestle meyakini perlu meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen,” ujar Presiden Direktur Nestle Indonesia Ganesan Ampalavanar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper