Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah pakar otomotif menyatakan pembukaan kembali dealer mobil di Inggris dinilai dapat memberikan sedikit stimulus, tetapi hal itu tidak akan berlangsung lama dan tidak serta-merta mengakselerasi penjualan sepanjang tahun.
Stuart Masson, editor situs web Car Expert, mengatakan dalam jangka pendek komuter yang khawatir terpapar virus corona atau Covid-19 akan menghindari penggunaan transportasi umum. Penelitian dari What Car? Juga menunjukkan 1 dari 5 orang mencari mobil baru pada bulan ini.
“Tentu saja ada permintaan yang terpendam. Dealer telah ditutup selama 10 minggu, dan ratusan ribu mobil yang biasanya terjual sekarang masih bertahan,” tuturnya kepada The Guardian, dikutip pada Selasa (2/6/2020).
Dia menyatakan pada mulanya dealer akan semangat untuk menjual karena mereka tidak ingin memiliki stok dalam jumlah besar. Namun, apabila dealer tidak memiliki banyak mobil untuk dijual, tentu tidak akan ada insentif besar untuk menurunkan harga.
Analis otomotif Mintel, Chris Hadley, mengatakan penjualan mobil di Inggris sudah melambat bahkan sebelum krisis virus corona. Menurutnya, kesulitan ekonomi yang berkelanjutan memengaruhi kepercayaan konsumen dan calon pembeli cenderung menunda pembelian mobil.
“Bagi mereka yang melakukan pembelian, harga cenderung menjadi hal penting. Hal ini tentu memberikan tekanan lebih lanjut kepada produsen dan dealer,” tuturnya.
Baca Juga
Dia berharap, dengan stok kendaraan bekas yang cukup banyak, sektor tersebut diharapkan menjadi yang pertama mendapatkan keuntungan. Fakta ini menjadi berita buruk bagi otomotif Inggris yang mempekerjakan 590.000 orang dan berkontribusi 200 miliar euro di sektor ritel.
Penjualan mobil di Inggris pada April 2020 diketahui terperosok sebesar 97 persen secara tahunan akibat penyebaran virus corona yang memaksa ruang pameran dan pabrik tutup.
The Society of Motor Manufacturers & Traders (SMMT) bahkan memperkirakan hanya akan ada 1,68 juta registrasi mobil baru pada tahun ini atau terendah sejak 1992.