Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan mobil di Inggris mengalami penurunan sebesar 97 persen pada April 2020 atau terendah sejak Februari 1946 akibat kebijakan pemerintah yang menutup dealer mobil dan bisnis lainnya guna memperlambat penyebaran virus corona (Covid-19).
Dilansir dari Bloomberg, Selasa (5/5/2020), Society of Motors Manufacturers and Traders (SMMT) Inggris mengatakan hanya 4.321 unit mobil yang terjual selama April 2020. Kinerja itu ditopang dari penjulan di segmen fleet dan layanan servis publik.
Mike Hawes, kepala eksekutif SMMT, mengatakan kinerja buruk pasar mobil Inggris menjadi memori yang tidak mengejutkan karena ruang pamer mobil di Inggris ditutup selama April. Badan industri memperkirakan penjualan akan turun 27 persen sepanjang tahun, menjadi 1,68 juta kendaraan atau terendah sejak 1992.
“Pasar mobil baru yang kuat mendukung ekonomi yang sehat dan ketika Inggris mulai merencanakan pemulihan, kami perlu penjualan ritel mobil berada di barisan terdepan,” tuturnya.
SMMT pun telah meminta insentif dari pemerintah untuk melanjutkan pemulihan ekonomi. Hal itu pun selaras dengan permintaan para produsen mobil di seluruh Eropa.
Pada hari yang sama, Kanselir Jerman Angela Merkel dalam konferensi video bersama para pejabat dari Volkswagen AG, BMW AG dan Mercedes-Benz Daimler AG membahas pertimbangan proposal untuk menghidupkan kembali penjualan mobil di Jerman.
Analis Metzler Juergen Pieper memperkirakan penjualan mobil di Eropa akan turun sekitar sepertiga persen, mengingat lemahnya ekonomi dan pembatasan sosial yang meluas. Dia juga mengatakan tidak mengharapkan pemulihan atas permintaan dan produksi berkelanjutan sebelum 2021.
Penurunan kinerja penjualan pada April menjadi yang tercuram di zaman modern dan di seluruh Eropa. Pengiriman di Italia turun 98 persen, Spanyol turun 97 persen, sementara Prancis mengalami penurunan 89 persen.
Para pekerja terlihat sedang menyelesaikan pemeriksaan akhir pada jalur produksi di pabrik mobil Nissan di Sunderland, Inggris. Nissan menjadi salah satu yang terdampak pandemi Covid-19. (Foto Reuters)