Bisnis.com, JAKARTA -- Penjualan mobil impor 2019 terperosok di tengah perlambatan pasar otomotif, seiring dengan langkah pemerintah mengendalikan pengapalan masuk untuk mengatasi defisit neraca perdagangan.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), impor mobil secara utuh sepanjang 2019 anjlok 15,6 persen menjadi hanya 46.671 unit. Impor dari Jepang, India, Thailand, dan Prancis tercatat turun, sedangkan dari Malaysia dan Jerman meningkat.
Mobil dari Jepang beralih memimpin pasar karena penurunannya tipis sekaligus menyalip penjualan mobil dari India yang turun drastis. Hampir seluruh produk India itu bermerek Suzuki, seperti Baleno, Ignis, dan SX4. Adapun, impor Suzuki dari India turun 33,53 persen secara tahunan menjadi 11.399 unit.
Direktur Pemasaran 4W PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) Donny Saputra mengatakan bahwa penurunan impor Suzuki sepanjang 2019 merupakan salah satu strategi perseroan.
"Fokus penjualan kami alihkan ke produk yang diproduksi di Indonesia serta untuk menggenjot volume ekspor," ujar Donny saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (9/2/2020).
Dia menjelaskan bahwa dengan berfokus pada produk lokal, Suzuki dapat terhindar dari risiko fluktuasi nilai tukar. Hal ini dilakukan seiring dengan tingginya tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) produk lokal Suzuki yang rerata berada di atas 85 persen.
Sepanjang 2019, Suzuki mengapalkan 66.433 unit mobil ke 52 negara tujuan. Ekspor tersebut terdiri atas 26.820 kendaraan terurai lengkap (completely knock-down/CKD) dan 39.613 unit kendaraan utuh (compeletely built-up/CBU).
Kontribusi terbesar dipimpin oleh ekspor All New Ertiga sebesar 27.318 unit CBU atau 41,1 persen dari total ekspor Suzuki, diikuti Karimun Wagon R yang berkontribusi 21.936 unit CKD atau 33 persen.
Seiji Itayama, President Director SIS, menyampaikan bahwa pada tahun ini Suzuki menargetkan peningkatan market share mencapai 12 persen serta taget ekspor mobil di angka 69.000 unit baik dari segmen CKD maupun CBU.