Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akibat Elektrifikasi, Produsen Mobil Pangkas hingga 80.000 Pekerja

Produsen mobil Daimler AG dan Audi mengumumkan hampir 20.000 pemutusan kerja hanya dalam sepekan terakhir.
Mobil listrik Nissan Leaf dipamerkan dalam ajang Tokyo Motor Show/REUTERS-Edgar Su
Mobil listrik Nissan Leaf dipamerkan dalam ajang Tokyo Motor Show/REUTERS-Edgar Su

Bisnis.com, JAKARTA - 2019 menjadi tahun terburuk bagi pekerja industri otomotif di seluruh dunia akibat lemahnya permintaan dan pergeseran menuju elektrifikasi.

Produsen mobil Daimler AG dan Audi mengumumkan hampir 20.000 pemutusan kerja hanya dalam sepekan terakhir.

Jika digabungkan, para produsen produksi akan memangkas lebih dari 80.000 pekerjaan hingga tahun-tahun berikutnya.

Meskipun pengurangan terkonsentrasi di Jerman, Amerika Serikat dan Inggris, bukan berarti industri otomotif di negara lain terhindar dari risiko yang sama. Beberapa produsen mobil Eropa maupun AS turut mengurangi jumlah pekerja mereka di luar negeri.

Daimler dan Audi, perusahaan asal Jerman, bergabung dengan General Motors Co, Ford Motor Co dan Nissan Motor Co dalam penghematan besar-besaran yang dimulai sejak tahun lalu.

Industri ini dihadapi dengan tantangan akibat ketegangan perang dagang serta tarif yang membuat biaya menjadi lebih mahal dan menghambat investasi.

Produsen juga dihadapi dengan tantangan lain seperti pergeseran ke era elektrifikasi, kendaraan otonom dan layanan ride-hailing yang populer saat ini.

Menurut peneliti IHS Markit, industri otomotif global akan memproduksi sekitar 88,8 juta mobil dan truk ringan pada 2019, atau turun hampir 6% dari tahun lalu.

Pengurangan jumlah pekerja juga dilakukan di China, yang merekrut jumlah pekerja terbesar di industri otomotif. China juga mencatatkan penurunan penjualan.

"Perlambatan berkelanjutan di pasar global akan terus mengurangi margin dan pendapatan produsen mobil, yang telah dirugikan oleh peningkatan belanja R&D untuk teknologi kendaraan otonom," ujar analis Bloomberg Intelligence Gillian Davis, dikutip melalui Bloomberg, Rabu (4/12/2019).

Dia menambahkan bahwa sebagian besar produsen mobil kini fokus pada rencana penghematan biaya untuk mencegah margin tergerus lebih banyak.

Menjadi pelopor dalam tren elektrifikasi, tidak kemudian membebaskan Nissan dari kekacauan, apalagi sejak mantan direkturnya, Carlos Ghosn, ditangkap tahun lalu.

Dengan keuntungan yang merosot ke level terendah dalam satu dekade terakhir, produsen mobil Jepang ini diperkirakan akan kehilangan 12.500 pekerja di tahun-tahun mendatang, untuk menekan biaya dari upaya penyegaran model-model lama.

Pada akhir November, Audi mengumumkan rencana pengurangan 9.500 pekerjaan di Jerman hingga 2025, bersamaan dengan strategi perusahaan induk, Volkswagen AG, untuk mempersiapkan transisi ke kendaraan listrik yang mahal.

Sementara itu, Daimler mengumumkan rencana untuk mengurangi lebih dari 10.000 pekerjaan di seluruh dunia.

Menurut data Fircroft, sebuah perusahaan penempatan kerja teknis, jika industri otomotif sebuah negara, itu akan menjadi ekonomi terbesar keenam di dunia.

"Sekitar 150.000 posisi pekerjaan di Jerman, termasuk operasi lokal oleh produsen asing, mungkin akan menjadi beresiko di tahun-tahun mendatang," menurut Pusat Manajemen Otomotif.

Awan mendung di atas industri otomotif pada awalnya terbentuk di AS sejak tahun lalu, setelah Ford mengungkapkan rencana untuk melakukan restrukturisasi senilai US$11 miliar.

Perampingan ini dilakukan Ford secara bertahap.

Perusahaan mengumumkan pemangkasan sekitar 10% dari pekerjanya secara global dan menutup enam pabrik, tiga di Rusia, dan masing-masing satu di AS, Inggris, dan Prancis.

Dari sekitar 17.000 pekerjaan yang dipangkas oleh Ford, 12.000 di antaranya berada di Eropa.

Keadaan di Amerika Serikat juga tidak begitu baik dan terhambat ketidakpastian, terutama pada proses negosiasi kontrak baru oleh para produsen mobil di kawasan Detroit selama 4 tahun ke depan.

"Prospek tampak agak suram bagi Serikat Pekerja Otomotif [UAW] AS. Dengan permintaan kendaraan yang melabat, produksi nasional turut berkurang," dikutip melalui Bloomberg.

Pekerja menyampaikan kekhawatiran mereka terhadap produk mobil plug-in, yang memiliki bagian lebih sedikit dan membutuhkan lebih sedikit tenaga untuk dirakit, sehingga berisiko merusak lapangan pekerjaan otomotif.

Pada akhirnya, UAW mengumumkan komitmen antara GM, Ford dan Fiat Chrysler untuk menginvestasikan hampir US$23 miliar dalam fasilitas mereka di AS selama 4 tahun ke depan, dan untuk menambah atau mempertahankan lebih dari 25.000 pekerjaan.

Meskipun nilainya terlihat banyak, masih harus dilihat apakah pengeluaran ini benar-benar akan meningkatkan produksi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper