Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Renault Belum Ungkap Detail Rencana Pembangunan Pabrik di Indonesia

PT Maxindo Renault Indonesia (MRI) mengatakan rencana pembangunan pabrik di Indonesia belum diputuskan secara detail, apakah untuk produksi kendaraan terurai lengkap complete knock-down (CKD) atau tidak lengkap (incomplete knock-down/IKD).
Maxindo Renault Indonesia. /Bisnis.com
Maxindo Renault Indonesia. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA-- PT Maxindo Renault Indonesia (MRI) mengatakan rencana pembangunan pabrik di Indonesia belum diputuskan secara detail, apakah untuk produksi kendaraan terurai lengkap (complete knock-down/CKD) atau tidak lengkap (incomplete knock-down/IKD).

"Belum diputuskan karena nanti ada aturan IKD baru," ujar Davy J Tuilan, CEO PT Maxindo Renault Indonesia kepada Bisnis.com, Senin (21/10/2019).

Merek asal Prancis ini telah lama dikabarkan akan membangun fasilitas produksi di dalam negeri. Saat ini kendaraan Renault banyak didatangkan dari India. Harga kendaraan yang didatangkan dari Negeri Bolliwood tergolong kompetitif seperti misalnya Renault Triber yang telah dipasarkan di Tanah Air.

Merek lainnya, Toyota juga akan melakukan produksi kendaraan listrik pada 2022. Warih Andang Tjahjono, Presiden Direktur PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) sebelumnya mengatakan untuk memproduksi kendaran berteknologi listrik yakni hibrida, perusahaan akan menggunakan lini produksi yang sudah ada dengan beberapa modifikasi sesuai dengan kebutuhan.

" Produksi pertama tahun 2022. Prioritasnya model sport utility vehicle [SUV] dan multi purpose vehicle [MPV]," ujarnya.

Toyota diketahui telah menyatakan komitmen investasi senilai Rp28 triliun pada periode 2019-2023 termasuk untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. Komitmen investasi itu juga ditunjang oleh ketersedian beragam lini produk kendaraan listrik seperti hibrida hingga fuel cell.

Warih menegaskan, pada tahap awal disamping terus meningkatkan pemahaman kendaraan listrik bagi konsumen domestik, perusahaan juga melihat tren pasar ekspor. Menurutnya, tren global saat ini mengarah pada kendaraan lebih irit bahan bakar.

"Karena kami juga tidak ingin, saat berubah nanti, ekspor kami harapkan naik. Ada ICE masih oke, negara seperti Australia, Amerika Selatan ada yang beralih, nah itu kami harus masuk. Itu juga jadi perhatian utama," tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Thomas Mola
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper