Bisnis.com, JAKARTA – Merger antara Renault SA dan Nissan Motor Co akan menggeser pasar otomotif global yang saat ini dikuasai oleh tiga pemain besar.
Pabrikan asal Perancis dan Jepang, bersama dengan mitra ketiga Mitsubishi Motors Corp, menghasilkan sebanyak 10,8 juta unit mobil setiap tahunnya, atau hampir dua kali lipat dari jumlah pengiriman global Ford Motors Co.
Aliansi tersebut, yang saat ini disatukan oleh serangkaian kepemilikan saham silang, akan menjadi perusahaan terbesar kedua setelah Volkswagen AG Jerman, dan Toyota Motor Corp yang berada pada posisi ketiga.
Ukuran perusahaan, subjek selalu menjadi faktor penting dalam industri otomotif, kini telah menjadi semakin krusial.
Produsen mobil bergulat dengan investasi yang diperlukan untuk mengimbangi perlombaan dalam pengembangan kendaraan mandiri (self-driving) dan kendaraan bertenaga listrik, sementara layanan perjalanan seperti Uber Technologies Inc. terus 'mencuri' pelanggan dan ketegangan perdagangan mengguncang pasar.
Jika merger benar terjadi, tekanan akan sangat menjadi kuat bagi produsen mobil massal lainnya.
Chairman Renault Jean-Dominique Senard, yang ditunjuk pada Januari setelah kasus penggelapan dana menimpa Direktur Perencanaan perusahaan aliansi, Carlos Ghosn, dikabarkan telah menghidupkan kembali proposal untuk menyatukan Renault dengan Nissan.
Meskipun manfaat dari merger terhadap pemangkasan biaya operasional sangat menggugah bagi industri yang dibebani dengan overhead investasi besar dan margin tipis, rencana Senard bukanlah satu-satunya opsi yang ada.
"Bagi produsen massal, ukuran [perusahaan] adalah segalanya," kata Juergen Pieper, seorang analis Bankhaus Metzler yang berbasis di Frankfurt, seperti dikutip melalui Bloomberg, Minggu (28/4/2019).
“Ketiga pihak ingin melanjutkan kerja sama mereka. Namun, semuanya harus disusun ulang setelah kasus yang menimpa Ghosn," tambahnya.
Proposal baru ini kemungkinan besar akan mengusung struktur perusahaan holding yang dapat menawarkan kepemilikan dan penempatan perwakilan dewan yang setara bagi Renault dan Nissan.
Skema tersebut akan sangat menguntungkan Nissan yang 20 tahun lalu diselamatkan dari ujung kebangkrutan oleh Renault.
Namun, sejumlah pihak yang familiar dengan masalah ini mengatakan bahwa CEO Nissan Hiroto Saikawa jusru menolak permintaan awal yang disampaikan bulan ini oleh Senard dan meminta untuk mempertimbangkan kembali rencana merger.