Bisnis.com, TOKYO – Nissan Motor Co mengatakan pada awal pekan ini telah membatalkan rencana penjualan unit usaha baterai mobil listrik ke GSR Capital. Hal ini disebabkan oleh keduanya tidak menemukan titik temu soal harga, demikian mengutip Reuters Senin (2/6/2018).
Rencana menjual bisnis baterai diumumkan Nissan pada Agustus 2017. Di dalamnya termasuk pabrik baterai di Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang.
Sumber Reuters mengatakan pada saat itu GSR telah menyetujui untuk membayar US$1 miliar. Namun jumlah tersebut meleset dari perjanjian awal.
Adapun Nissan, satu perusahaan Jepang yang sudah melangkah lebih dahulu soal kendaraan listrik. Leaf yang dikenalkan sejak 2010, telah menjadi mobil listrik paling laris secara global.
Langkah Nissan tidak hanya berhenti pada kendaraan listrik untuk menyambut era energi terbarukan. Perusahaan ini sempat membuat aliansi bersama Daimler, dan Ford.
Kerja sama itu bertujuan untuk mengomersilkan mobil berbahan bakar sel atau hidrogen. Akan tetapi pada pekan lalu, Nissan bersama Renault menarik diri karena menemui jalan buntu.
Baca Juga
Nissan dan Renault memutuskan untuk fokus pada pengembangan kendaraan bertenaga baterai. Keputusan terbaru Renault-Nissan mengikuti konsensus di antara Daimler dan Ford untuk menghentikan riset bersama tersebut. Mereka telah gagal target awal untuk memperkenalkan produk pada tahun lalu.
Pada Agustus 2017, GSR telah mengumumkan kesepakatan jual beli dengan Nissan Motor Co., Ltd yang akan menjual fasilitas produksi dan operasi baterai kendaraan listrik kepada GSR.
Akuisisi tersebut mencakup Automotive Energy Supply Corporation (AESC), operasi pabrik Nissan di AS dan Inggris, dan bagian operasi rekayasa dan pengembangan baterai Nissan yang berbasis di Jepang.