Bisnis.com, JAKARTA – Aliansi Daimler, Ford dan Renault-Nissan yang bekerja sama untuk mengkomersilkan mobil berbahan bakar sel atau hidrogen tampak menemui jalan buntu. Renault-Nissan menarik diri, demikian mengutip Asia Nikkei Asian Review, Senin (25/6/2018).
Sebelumnya tiga perusahaan otomotif besar itu sepakat untuk mengembangkan komponen bersama mobil bertenaga hidrogen. Sekarang memutuskan untuk fokus pada mobil listrik terlebih dahulu. Namun keterlibatan mereka dalam riset dan pengembangan teknologi hidrogen akan terus berlanjut.
Keputusan terbaru Renault-Nissan mengikuti konsensus di antara Daimler dan Ford untuk membubarkan kemitraan. Mereka telah gagal target awal memperkenalkan produk pada 2017.
Sementara itu Renault dan Nissan ingin memusatkan sumber daya yang mereka miliki untuk mobil listrik baterai. Detail konkret belum diungkapkan.
Mengutip Elctrive, Ford memiliki rencana mengambil pengembangan bahan bakar sel dengan memanfaatkan pemasok yang ada. Di sisi lain, CEO Daimler Dieter Zetsche mengindikasikan awal tahun ini bahwa perusahaan akan lebih fokus pada kendaraan listrik dengan sumber tenaga baterai.
Hal ini membuat Toyota dan Hyundai berpotensi sebagai pemimpin teknologi hidrogen. Jepang khususnya, sangat aktif dengan kebijakan memajukan infrastruktur hidrogen.
Baca Juga
Menurut 'Peta Jalan Strategis untuk Hidrogen dan Bahan Bakar Sel' Negara Sakura hendak mendirikan 160 stasiun pengisian hidrogen dan memiliki 20.000 mobil berbahan bakar sel di jalanan pada tahun 2020.
Diberitakan sebelumnya, Hyundai bersama anak usaha Volkswagen AG, Audi berencana untuk bekerja sama dalam pengembangan kendaraan. Mereka ingin berbagi lisensi paten untuk membuat standar industri pada mobil berbahan bakar hidrogen.
Selain itu, China, pasar terbesar otomotif saat ini, juga mengumumkan niat untuk memajukan teknologi hidrogen.