Bisnis.com, JAKARTA – PT Sokonindo Automobile hendak menjadikan Indonesia sebagai basis produksi kendaraan DFSK setir kanan. Sejauh ini Amerika Serikat dan China menjadi basis produksi dunia untuk setir kiri.
CO-CEO Sokonindo Alexander Barus menjanjikan eskpor pertama akan dilaksanakan dalam kurun waktu dua tahun ke depan. Negara di kawasan Asia Tenggara menjadi yang pertama dibidik.
Menurutnya, pasar kendaraan bermotor roda empat dengan setir kanan terbuka lebar. Dunia ini terbagi antara yang menggunakan kebijakan posisi roda kemudi kanan dengan kiri.
“Pengenalan Glory 580 di Indonesia hanya langkah awal. Kami akan ekspansi pasar ke Asia Tenggara, lalu ekspor pasar global,” katanya di sela ajang otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) 2018 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (19/4/2018).
Pabrik DFSK sudah rampung sejak Mei 2017. Fasilitas perakitan yang menelan biaya US$150 juta ini memiliki kapasitas produksi maksimal sebanyak 50.000 unit per tahun. Tahun ini diperkirakan utilisasi baru mencapai 30%. “Kami inginnya itu nanti 50-50, 50% produksi untuk domestik, setengahnya lagi untuk ekspor,” kata Alexander.
Alexander optimistis dengan produk yang saat ini sudah diluncurkan dan akan diluncurkan nantinya untuk mengisi pasar ekspor. Teknologi pabrik yang seluruh prosesnya sudah menggunakan robotik pun diklaim akan menjamin kualitas kendaraan untuk bersaing di kancah global.
Dia menambahkan Sokonindo ingin ikut berperan dalam pengembangan industri otomotif nasional untuk mampu bersaing di pasar global.
Saat ini capaian ekspor kendaraan roda empat dan lebih sepanjagn 2017 belum mencapai target pemerintah, yakni 20% dari total produksi dalam negeri. Meskipun belum mencapai target, ada peningkatan signifikan dibandingkan dengan 2016.
Adapun berdasarkan data Gaikindo, selama 5 tahun terakhir ekspor mobil tumbuh sekitar 8% per tahun. Volume hanya sempat anjlok pada 2016 sebanyak 6,4%. Secara berurutan, sejak 2013—2017, ekspor CBU membukukan pertumbuhan 1,39%, 18,32%, 2,68%, -6,40%, dan 18,92%.
Capaian tersebut diraih meskipun beberapa agen pemegang merek (APM) mobil di Indonesia secara perlahan tak lagi mengirim kendaraan bermotor dari Indonesia ke negara lain. Pada 2013 ada 8 APM yang mengapalkan mobil ke negara lain. Tahun lalu, tersisa 5 pemain.