Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat ekonomi menilai ada kesempatan bagi industri otomotif untuk tumbuh tahun ini. Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri mengatakan ada 10 dari 17 sektor bisnis dengan pertumbuhan di atas rata-rata.
“Semuanya sektor jasa, jadi itu yang bisa diincar. Sektor itu mencatat pertumbuhan pendapatan signifikan,” katanya dalam acara Focus Group Discussion bertema Pengembangan Pasar Domestik dan Meningkatkan Ekspor Kendaraan Bermotor di Jakarta.
Seperti dikutip koran Bisnis, Senin (16/4/2018), dia menjabarkan sektor jasa yang dimaksud adalah dokter, dosen, suster, dan business service. Apabila pabrikan bisa memanfaatkan hal tersebut tidak menutup kemungkinan pasar mobil dalam negerti bisa tumbuh hingga 10% tahun ini.
Selain itu, pabrikan otomotif juga memiliki kesempatan untuk ekspansi ke provinsi yang memiliki pertumbuhan di atas rata-rata. Berdasarkan catatan Faisal, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara Timur menorehkan tren positif. “Promosi khusus ke arah sana. Kalau lihat di daerah Jawa sudah mulai jenuh,” katanya.
Dia melanjutkan, selain itu hal yang perlu dicermati oleh perusahaan otomotif adalah perubahan perilaku konsumen. Menurutnya, hal itu disebabkan oleh peningkatan ketersediaan transportasi publik, termasuk di dalamnya taksi dalam jaringan.
Faisal mengatakan bahwa aplikasi jasa transportasi dalam jaringan juga menjadi faktor penting terhadap pertumbuhan penjualan mobil entry level, mulai dari Kendaraan Bermotor Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2) hingga mobil kecil serbaguna (LMPV). Namun, apabila melihat data terakhir pasar keduanya mulai jenuh.
Baca Juga
Direktur Indef Enny Sri Hartati juga berpendapat serupa. Menurutnya, transportasi dalam jaringan (online) akan mengubah preferensi memilih kendaraan bermotor ke depan. Saat ini masih banyak daerah yang bisa jadi akan seksi bagi sektor tersebut selama beberapa waktu ke depan.
“Taksi online sekarang ini masih terpusat di kota besar. Artinya masih ada kesempatan berkembang di daerah,” ujarnya.
Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Budaya Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menilai Indonesia saat ini punya pontensi menaikan angka produksi mobil sebanyak 200.000 unit per tahun. Perhitungan ini muncul berdasarkan perbandingan dengan negara tetangga, Thailand.
“Kalau 20% untuk ekspor, berarti peneyerapan domestik bisa digenjot naik 180.000 unit,” kata Direktur Asosiasi untuk Penelitian LPEM FEB UI Kiki Verico.
Mengincar sektor jasa tidak juga bisa menjadi persoalan mudah untuk menggenjot pasar mobil domestik. Sektor jasa yang menjadi tren saat ini adalah transportasi online yang pendapatannya fluktuatif. Lazimnya perusahaan finansial, yang menjadi sumber pembiaayaan sebagian besar pembelian mobil, sangat selektif terhadap pekerjaan dengan pendapatan tidak tetap.
Menurutnya, pekerjaan rumah untuk mendorong pasar otomotif adalah menumbuhkan pekerja formal. Namun hal ini tidak mudah karena dibutuhkan pertumbuhan dari industri itu sendiri.
Adapun berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pasar mobil sempat menunjukkan kenaikan tajam pada periode 2010—2013, hingga akhirnya menyentuh angka 1,2 juta unit. Namun, setelah 2014 turun menjadi di bawah 1,1 juta unit hingga tahun lalu.
Sepanjang 2017, penjualan pabrik ke diler kendaraan bermotor roda empat dan lebih tergolong stagnan dengan angka pertumbuhan 1,56% menjadi 1,07 juta unit. Angka tersebut di bawah capaian 2016 yang tumbuh 4,88%.
Sementara itu pada kuartal pertama 2018, pertumbuhan pasokan ke diler mobil melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama 2017. Tercatat pada tahun ini naik 3%, sedangkan tahun lalu naik 5%.