Bisnis.com, JAKARTA – General Motor Korea Selatan (GM Korsel) tengah menghadapi sejumlah tantangan, menyusul rencana penutupan pabriknya di Negeri Gingseng.
Mengutip Reuters, Senin (5/3/2018),, hampir sebanyak 2.500 mengambil penawaran pemberhentian kerja yang ditawarkan perusahaan. Jumlah tersebut merepresentasikan sekitar 15% dari total karyawan yang ada saat ini.
Kendati demikian tantangan GM Korsel masih banyak, mengikuti pernyataan perusahaan yang akan menutup satu pabrik di Negeri Ginseng. Sementara itu nasib tiga pabrik yang tersisa masih menggantung.
“Program pengurangan tenaga kerja diterima dengan baik. Sepertinya para pekerja sudah tidak memiliki harapan,” kata Cho Seong-jae, staf senior di Korea Labor Institute.
GM Korsel saat ini memiliki 16.000 tenaga kerja dengan target utama memproduksi mobil untuk negara lain. Pada tahun lalu perusahaan otomotif asal Amerika Serikat ini kembali merugi untuk keempat kalinya secara berturut-turut. Mengutip, Korea Herald, GM kehilangan US$831,4 juta sepanjang 2017.
Dokumen GM yang ditujukan kepada Reuters memperlihatkan bahwa perusahaan menargetkan pemutusan kontrak kerja dengan 5.000 karyawan, kecuali jika pemerintah memberikan bantuan finansial sebanyak US$2,8 triliun.
Baca Juga
Pemerintah Korsel belum memberikan tanggapan mengenai bantuan tersebut. Namun, bagaimanapun juga penutupan pabrik GM adalah kemunduran bagi Presiden Korsel Moon Jae-in yang mempunyai menggenjot lapangan kerja.
Sementara itu tenggat waktu penawaran mengundurkan diri bagi para pekerja adalah 2 Maret 2018. Dalam program tersebut, pekerja ditawari 3 kali gaji bulanan, tunjangan untuk kuliah anak, lebih dari US$9.000 untuk membeli mobil baru.
Menjelang tenggat waktu, GM Korsel mendesak pekerja untuk mengambil kesempatan tersebut. Perusahaan mengatakan penawaran semacam ini kemungkinan adalah yang terakhir.
“Manajemen menakuti kami. Sejumlah tenaga kerja berpikir akan diberhentikan paksa bila tidak mengambil, walaupun memang bukan hal buruk bagi yang sudah dekat pensiun,” kata pejabat serikat kerja kepada Reuters.
Di pabrik Gunsan yang akan ditutup, hampir 50% dari 2.000 tenaga kerja mengambil tawaran pensiun dini. Bukan soal mudah mencarikan pekerjaan baru bagi para pekerja yang tidak ikut program itu.