Bisnis.com, JAKARTA - Grup perusahaan otomotif asal Jerman, Daimler AG, akan merealisasikan rencananya untuk mendirikan sejumlah pabrik raksasa yang memproduksi baterai dan unit penyimpanan energi bagi mobil listrik.
Kanselir Jerman Angela Merkel dijadwalkan meletakkan batu pertama di lahan lokasi pabrik senilai 500 juta euro atau setara US$543 juta tersebut,
Pembangunan pabrik yang berlokasi 130 kilometer sebelah selatan kota Berlin tersebut turut menjadi pemacu tidak hanya bagi para produsen otomotif besar melainkan juga bagi perusahaan energi untuk memproduksi teknologi penyimpan energi.
Teknologi ini menjadi hal yang krusial dalam mendorong generasi terbaru dari kendaraan ramah lingkungan serta dalam menyimpan energi listrik yang dihasilkan kincir angin maupun tenaga matahari saat permintaan terhadap energi tersebut melonjak.
“Karena biaya baterai turun dan kebutuhan terhadap penyimpanan energi meningkat, nantinya kendaraan bertenaga baterai akan lebih murah daripada mobil bertenaga bahan bakar minyak (BBM) pada 2030 mendatang,” ungkap Nikolas Soulopoulos, analis Bloomberg LP yang berbasis di London, Inggris.
Kapasitas produksi baterai global ditargetkan dua kali lipat pada 2021 mendatang yang mencapai 278 gigawatt-hours dari kapasitas saat ini yang mencapai 103 gigawatt-hours, berdasarkan data Bloomberg New Energy Finance (BNEF).
Baca Juga
Di sisi lain, perusahaan energi yang berbasis di Finlandia, Fortum Oyj, kini juga tengah menguji baterai serupa yang direncanakan berkapasitas hingga gigawatt untuk sejumlah proyek yang memanfaatkan tenaga matahari dan angin.
Saat ini, produsen elektronik di Asia, sebut saja LG Ltd dan Samsung SDI Co asal Korea Selatan, memegang kendali dalam bisnis tenaga baterai tersebut.
Nantinya, pabrik milik Daimler tersebut akan menjadi yang terbesar di Eropa dan bersaing dengan pabrik raksasa senilai US$5 miliar milik Tesla yang menggandeng Panasonic Corp.
“Memelihat beberapa tahun ke depan, kami melihat invasi yang semakin kuat dari mobil listrik di pasar sehingga akan lebih banyak permintaan yang dipastikan akan membutuhkan teknologi penyimpan energi,” jelas Boris von Bormann, Chief Executive Officer of Mercedes-Benz Energy Americas.