Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tips Aman Berkendara Supercar di Jalan Raya

Akhir November lalu, peristiwa mengejutkan datang dari Kota Pahlawan, Surabaya, tentang sebuah supercar yang menabrak sebuah kios. Kecelakaan yang melibatkan supercar asal Italia, Lamborghini, tersebut merenggut satu korban tewas dan dua terluka.
Super Car Lamborgini/wordlesstech.com
Super Car Lamborgini/wordlesstech.com

Bisnis.com, JAKARTA - Akhir November lalu, peristiwa mengejutkan datang dari Kota Pahlawan, Surabaya, tentang sebuah supercar yang menabrak sebuah kios. Kecelakaan yang melibatkan supercar asal Italia, Lamborghini, tersebut merenggut satu korban tewas dan dua terluka.

Kecelakaan supercar bukanlah hal baru. Pada Oktober 2014, sebuah Lamborghini New Gallardo LP 570-4 Spyder Performante juga pernah mengalami kecelakaan di Jalan Tol Ancol Km 17, Jakarta. Mobil yang dikendarai Hotman Paris Hutapea itu bertabrakan dengan sebuah truk dan menyebabkan sang sopir truk meninggal dunia.

Kecelakaan supercar paling mengejutkan dunia bisa jadi adalah yang melibatkan aktor Paul Walker. Aktor pemeran tokoh Brian O’Connor di film Fast & Furious dan dikenal sangat suka balapan itu meninggal sesaat setelah Porsche Carrera GT-nya menabrak pohon dan hangus terbakar.

Selama berpekan-pekan setelahnya, peristiwa itu masih menjadi trending topic di dunia maya. Supercar memang didesain khusus dengan mesin yang lebih tangguh dan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mobil biasa.

Namun, menurut Direktur Rifat Drive Labs Rifat Sungkar, ada beberapa hal khusus yang harus diperhatikan untuk mengendarai supercar di jalan raya. Dia menekankan pengendara supercar harus betul-betul memahami bahwa karakteristik mobil super sangat berbeda dengan mobil biasa.

Sebagai contoh, mobil jenis SUV atau MPV yang banyak di Indonesia ‘hanya’ memiliki akselerasi 0-100 Km per jam dalam 10 detik. Sementara itu, sebuah supercar dapat mencapai kecepatan 100 Km dari posisi diam dalam tiga sampai empat detik. Ini berarti diperlukan skill tiga kali lipat untuk mengendarai supercar . Selain itu, posisi duduk supercar jauh lebih rendah dari mobil biasa.

Posisi duduk yang sangat rendah dapat membuat pengendara merasa terintimidasi ketika berbagi dengan pengendara lainnya yang posisi duduknya lebih tinggi. “Posisi [duduk] rendah supercar kerap sekali berada dalam blind spot pengendara kendaraan MPV ataupun SUV. Jadi, harap lebih memberi perhatian ketika mengendarainya,” katanya.

Ground clearance jenis mobil ini lebih rendah dan lebih dekat dengan aspal. Oleh karena itu, pengemudi supercar dituntut lebih aware dan sensitif dengan keadaan lalu lintas.

“Jika pengemudi [bersikap] asal-asalan, tidak menutup kemungkinan mereka akan melakukan manuver mendadak untuk menghindari lubang ataupun ngerem karena alasan tertentu yang justru membahayakan dirinya dan pengguna jalan lain,” ujar Rifat.

Selain memiliki varian standar, biasanya sebuah supercar juga dilengkapi dengan varian berspesifikasi road legal race car . Meskipun dilengkapi fitur standar mobil mewah seperti ac, audio dan lainnya, mobil dengan spesifikasi tersebut biasanya lebih mudah dipakai di sirkuit setiap waktu. Menurut Rifat, supercar dengan spesifikasi road legal race car termasuk kendaraan yang ‘keras’ jika digunakan di jalan raya.

Supercar dengan spesifikasi tersebut memiliki handling yang lebih tepat untuk dipacu di sirkuit, dengan kecepatan tinggi. Selain itu, kompensasi dari reaksi perpindahan gigi yang cepat menyebabkan kopling supercar suka terhentak di kemacetan lalu lintas.

Untuk itu, sekali lagi diharapkan kepedulian para pengendara mobil ini agar selalu berhati-hati. Di sisi lain, para pemilik wajib memeriksa keadaan ban setiap saat. Hal ini sudah menjadi standar operational procedur (SOP) sebuah supercar agar tetap aman saat dikendarai di jalan raya.

“Karakter dari ban tersebut [sesuai SOP] memiliki grip yang sangat baik. Namun, biasanya menggunakan compound yang lunak sehingga grip dapat selalu menikung secara maksimal,” ujar Rifat.

Ada dua potensi kerusakan ban. Pertama, bobot supercar yang tergolong berat menumpu 100% kepada ban. Hal itu mampu menyebabkan flat spot di ban, apalagi jika mobil jarang dipakai.

Kedua, kerusakan ban yang disebabkan oleh cuaca panas atau kondisi aspal yang rusak. Oleh karena faktor-faktor di atas, Rifat menganjurkan para pengendara supercar agar mengikuti lembaga mengemudi yang aman dan efektif sebelum memacu mobil supernya di jalan raya.

Di lembaga safety driving, para pengendara supercar akan diajari segala hal mulai dari pengenalan mobil, teori dan praktek mengemudi, hingga pendidikan psikis mengemudi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper