Bisnis.com, JAKARTA—PT Garansindo Inter Global akan memasarkan dua brand sepeda motor listrik di kelas premium yaitu Zero Motorcycle dan kelas menengah yaitu Vmoto pada 2015.
Hal tersebut dinyatakan oleh Chief Executive Officer PT Garansindo Inter Global (GIG) Muhammad Al Abdullah di sela-sela kunjungannya ke kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Menurut Muhammad, untuk memasyarakatkan sepeda motor listrik yang diklaim berteknologi ramah lingkungan dengan tingkat emisi nol pihaknya perlu dukungan penuh dari pemerintah.
Pasalnya dibutuhkan infrastruktur yang memadai seperti tempat pengisian listrik saat sepeda motor listrik mulai mengaspal.
Selain itu, diperlukan dukungan dalam memperbaharui “sampah” yang dihasilkan seperti baterai bekas.
“Kami bertemu dengan pemerintah karena untuk motor listrik perlu dukungan secara total. Tidak hanya dari Kemenperin tapi dari Kementerian ESDM, dan Kementerian Lingkungan Hidup. Dengan dua kementerian lagi akan kami akan bicarakan berikutnya,” kata Muhammad, Senin (8/12).
Menurut Muhammad produk Zero Motorcycle buatan Amerika Serikat yang akan mulai dipasarkan pada semester I/2015, yang merupakan segmen motor sport besar.
Sedangkan Vmoto merupakan produk asal Australia yang mengadopsi teknologi e-max dari Jerman dan akan dipasarkan pada semester II/2015. Vmoto akan didipasarkan dengan tipe produk yang diklaim lengkap, salah satunya skuter matik (skutik).
Meski demikian Muhammad belum bisa mengatakan waktu pasti dimulainya pemasaran kedua produk tersebut. Pada tahap awal kedua produk tersebut akan dipasarkan di Jakarta dan Bali, yang diharapkan meluas ke seluruh wilayah pulau Jawa. Zero Motorcycle akan dibanderol dengan kisaran harga Rp170 juta hingga Rp200 juta lebih.
Sedangkan Vmoto dibanderol sekitar Rp12 juta sampai Rp20 juta. Produk Zero Motorcycle dengan kapasitas baterai 100% dapat menempuh jarak 200 km lebih. Untuk produk Vmoto akan tergantung model, dengan jarak tempuh minimal 70 Km hingga 120 km.
Muhammad mengatakan, produk Zero Motorcycle merupakan completely built up (CBU). Sedangkan Vmoto rencananya akan diproduksi di Indonesia dengan lokal konten yang diklaim relatif tinggi. Terkait nilai investasi dan lokasi pabrik Muhammad belum mau memberikan informasinya.
“Ini masih R and D tapi kami mau 2015 sudah bisa mulai. Kami sudah pastikan akan diproduksi di Indonesia hanya time line pastinya belum. Kami mulai dengan perakitan (CKD) dan pastinya dilanjutkan dengan manufaktur. Hanya memang untuk manufaktur ini kami sedang kaji hari demi hari,” ujar Muhammad.
Muhammad menambahkan, terkait pengisian tenaga pada baterai kelak konsumen tidak perlu khawatir. Secara jangka panjang pihaknya memang akan akan membicarakan hal tersebut dengan pemerintah, seperti dihadirkannya fasilitas dengan panel tenaga surya. Dalam jangka pendek GIG sudah mempersiapkan alternatifnya.
“Produknya dan infrastruktur sudah siap hanya perlu dukungan dan pengkajian lebih dalam dari pemerintah. Kami sudah siap dengan alternatifnya. Kalau kami ngomong sekarang terlalu dini karena berkaitan dengan bisnis. Intinya saat motor tersebut digunakan akan semudah mungkin penggunanya mendapatkan jaminan untuk melakukan charge,” tutur Muhammad.
Di sisi lain, Panggah Susanto selaku Pelaksana Tugas Dirjen Indutri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemenperin mengatakan, pihaknya mendukung langkah Garansindo tersebut. Meski demikian dia mengamini jika detail lokalisasi salah satu produk belum dibahas menyeluruh.
“Kami sangat mendukung kendaraan ramah lingkungan dari rencanan Garansindo. Memang teknologi berkembang dan sepeda motor listrik mengalami kemajuan, dari sisi baterai dan teknologi pembangkit listrik kita jadi bisa ditingkatkan, kesediaan listrik bisa diaplikasikan pakai panel solar. Mereka mau manufaktur di sini, baru rencana investasi minta dukungan pemerintah, pembahasan lengkapnya belum,” kata Panggah dalam kesempatan yang sama.
Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Sigit Kumala mengatakan, pihaknya baru mendengar terkait rencana tersebut. Garansindo kelak dapat bergabung dengan AISI saat sudah memiliki pabrik di Indonesia.
Lebih jauh menurut Sigit, dalam jangka waktu dekat sepeda motor listrik tidak akan serta merta mengganggu pasar sepeda motor dengan teknologi konvensional. Untuk mengembangkan pasar, pihak agen pemegang merek (APM) harus menyiapkan after sales yang mumpuni.
Saat ini dari lima anggota AISI yaitu Honda, Yamaha, Kawasaki, Suzuki dan TVS belum ada yang mengeluarkan produk sepeda motor listrik. Pasalnya, teknologi itu dinilai lebih mahal dan di satu sisi dinilai kurang bertenaga jika dibandingkan dengan sepeda motor berbahan bakar minyak.
“Sepeda motor listrik banyak tantangannya. Untuk infrastruktur dan after sales-nya tidak bisa dibangun 1 atau 2 tahun. Selain itu teknologinya masih mahal. Anggota AISI belum ada wacana ke sana. Dua tahun lalu pernah ada produk sejenis tapi tidak berkembang,” ujar Sigit.