Bisnis.com, JAKARTA—Krisis Thailand dapat menjadi kesempatan bagi industri otomotif Indonesia untuk menguat. Namun, kesempatan itu bukan dari sisi pemindahan pabrik.
Ketua Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asianusa) Ibnu Susilo mengatakan dampak dari kudeta yang dilakukan militer Thailand tersebut belum akan sampai membuat pabrik otomotif di Negeri Gajah Putih untuk melakukan eksodus.
“Tidak akan langsung seperti itu karena memindahkan pabrik itu adalah sesuatu yang sulit,” katanya kepada Bisnis, Jumat (23/5/2014).
Mengenai kudeta militer, menurut dia, dampaknya diprediksi baru akan terasa beberapa waktu ke depan. Hanya saja, Ibnu tidak dapat memprediksi kapan Indonesia merasakan dampaknya secara signifikan.
Penjualan kendaraan di Thailand mulai berjalan stagnan dalam 2-3 tahun belakangan. Pada tahun lalu, kinerja sektor riil Thailand kurang menguntungkan akibat gejolak politik di negara itu.
Berdasarkan data Asean Automotive Federation (AAF), Negeri Gajah Putih cuma menjual 140.177 unit kendaraan selama Januari-Februari 2014. Penjualan tersebut anjlok 45,2% dari posisi 255.727 unit pada bulan yang sama tahun lalu.
Di sisi lain Indonesia menjual 215.275 unit kendaraan bermotor roda 4 atau lebih. Angka ini tumbuh 7,6% dibandingkan dengan periode yang sama 2013 sebesar 199.996 unit.
Kapasitas produksi dan penjualan Thailand secara keseluruhan belum dapat dilampaui Indonesia. Dia menyatakan meski eksodus pabrik tidak akan begitu saja terjadi, Indonesia tetap perlu menyiapkan diri dalam segala aspek, terutama infrastruktur.