Bisnis.com, JAKARTA—Dengan asumsi kuantitas ekspor mobil dipatok mencapai 200.000 unit sepanjang tahun ini, maka per triwulan setidaknya mencapai 50.000 unit. Kenyataannya, penjualan ke luar negeri selama kuartal I hanya 47.841 unit, tak mencapai target.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat ekspor gelondongan (completely built-up/CBU) tersebut cuma naik tipis dibandingkan dengan perolehan kuartal I/2013. Triwulan pertama tahun lalu terjual 43.115 unit atau tumbuh 3,5%.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti berpendapat RI selayaknya menggenjot kinerja ekspor kendaraan bermotor. Industri otomotif takkan berkembang kalau produk cuma terserap di dalam negeri alias jago kandang.
Pengoperasian kendaraan pribadi di dalam negeri kerap terbentur dengan berbagai persoalan, seperti pembengkakan kuota bensin subsidi dan kemacetan. Lambat laun kondisi ini memicu munculnya kebijakan yang mengarah pada pengendalian populasi mobil pribadi meskipun pasar belum jenuh.
“[Kelak] market domestik mulai jenuh karena masalah infrastruktur jalan [yang memicu lahirnya upaya] pengendalian populasi mobil. Ini bisa mempengaruhi permintaan kendaraan di dalam negeri,” katanya kepada Bisnis, Selasa (22/4/2014).
Kementerian Perindustrian sendiri menginginkan peningkatan volume ekspor sebesar 17,65% pada Tahun Kuda 2014. Artinya, penjualan ke pasar global ditargetkan menyentuh 200.000 unit, realisasi tahun lalu hanya 170.907 unit.
Kalangan produsen otomotif menilai target setara itu cukup realistis. Salah satu pendongkrak ekspor diyakini berasal dari kendaraan bermotor roda 4 yang hemat energi dan harga terjangkau (KBH2).
Destry mengemukakan pendapat senada bahwa KBH2 harus bisa menjadi komoditas ekspor baru di industri otomotif roda 4. “Tetapi, harus pintar memilih negara tujuan ekspor, misalnya ke emerging market,” ucap dia.