Bisnis.com, JAKARTA—Di tengah pelemahan bisnis di sektor pertambangan yang berimbas kepada penjualan, UD Trucks memproyeksikan bisnis pada tahun ini stagnan terhadap realisasi 2013. Sepanjang tahun lalu, perusahaan asal Jepang ini hanya menjual sekitar 2.400-an unit truk.
Presiden Direktur UD Trucks Indonesia Pierre Jean Verge-Salamon menilai RI tetap akan menjadi pasar potensial. “Kami akan tetap ekspansi jaringan penjualan dan lebih memperbaiki layanan purnajual,” katanya, di Jakarta, Kamis (27/3/2014).
Pelemahan bisnis di sektor mining mendorong perusahaan tambang memperketat keuangan, salah satunya dengan menunda pembelian armada truk baru.
Mereka cenderung mencari produk dengan jaminan layanan purnajual yang baik untuk memudahkan service dan maintenance truknya.
UD Trucks mengaku akan mengikuti perubahan tren market yang ada.
Sektor pertambangan tetap menjadi tulang punggung. Ini tak seperti produsen kendaraan niaga lain yang mengubah fokus bisnis ke sektor logistik atau infrastruktur.
“5 tahun yang lalu pertambangan booming, harganya tinggi. Sekarang konsumen lebih mengutamakan efisiensi [dalam bisnis mereka].
Hidup itu naik turun, pertambangan turun tapi infrastruktur dan agribisnis naik,” ucap Verge-Salamon.
Catatan saja, UD Trucks hadir sejak 30 tahun lalu di Tanah Air. Nama UD Trucks resmi dipakai sejak 2010 dengan filosofi ultimate dependability atas semua produknya.
Sebelumnya, perusahaan ini dikenal dengan nama Nissan Diesel.