Bisnis.com, JAKARTA – Sederet kasus terbakarnya mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) dinilai dapat memicu kekhawatiran konsumen, baik yang sudah memiliki maupun yang akan membeli unit kendaraan listrik.
Sebagai pengingat, pada pertengahan Mei lalu, terjadi insiden mobil listrik BYD Seal mengeluarkan asap hitam tebal disertai dengan api terjadi di Jalan Katalis, Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat pada Selasa (13/5/2025). Beberapa petugas pemadam kebakaran (damkar) pun dikerahkan untuk memadamkan mobil listrik tersebut.
Terbaru, peristiwa kebakaran yang melibatkan mobil listrik kembali terjadi pada unit Wuling Air EV di kawasan Soekarno-Hatta, Bandung, pada Sabtu (5/7/2025).
Dalam video yang beredar di media sosial, terlihat pemilik mobil tampak panik saat asap tebal muncul dari bagian kap depan kendaraan di tengah kondisi hujan.
Kejadian tersebut sempat ramai diperbincangkan di media sosial dan memicu kekhawatiran publik terkait aspek keamanan mobil listrik. Beruntungnya, tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Pihak Wuling Motors pun memastikan jika komponen baterai bukan pemicu dari insiden ini.
Pengamat Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menilai, sederet insiden tersebut dapat menimbulkan kekhawatiran masyarakat terhadap mobil listrik, sehingga berpotensi berdampak terhadap penjualan.
Baca Juga
"Tentunya insiden BEV tersebut berpotensi memicu kekhawatiran calon pembeli, terutama terkait sistem kelistrikannya yang kompleks," ujar Yannes, Selasa (15/7/2025).
Lebih lanjut dia mengatakan, para agen pemegang merek mobil listrik perlu transparan terhadap hasil forensik dan mengomunikasikan secara jelas ke masyarakat sebagai upaya untuk meredam kekhawatiran konsumen.
Di samping itu, penurunan penjualan mobil listrik saat ini juga disebabkan oleh kondisi ekonomi yang sedang sulit, seperti inflasi, bunga kredit yang tinggi, dan melemahnya daya beli masyarakat secara umum.
"Lonjakan penjualan besar-besaran pada Maret lalu terjadi karena banyak konsumen ingin memanfaatkan insentif pemerintah di awal tahun. Setelah momen tersebut lewat, permintaan kembali normal dan pasar mulai stabil," katanya.
Selain itu, lanjutnya, calon konsumen yang tabungannya terbatas kini bersikap wait and see menjelang evaluasi kebijakan insentif BEV di akhir 2025. Mereka menunda pembelian menunggu skema insentif di 2026, selain mulai berhati-hati setelah munculnya isu depresiasi tinggi harga BEV bekas.
Penjualan Mobil Listrik Semester I/2025
Menilik data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik secara keseluruhan pada semester I/2025 sebanyak 35.846 unit.
Jika dilihat secara lebih detail, pada Januari-Maret 2025 memang terjadi kenaikan penjualan mobil listrik, seiring dengan insentif yang dikucurkan pemerintah senilai triliunan rupiah pada awal tahun.
Kendati demikian, tren penjualan BEV melambat sejak April hingga Juni 2025. Perinciannya, penjualan mobil listrik pada April turun 16,36% menjadi 7.402 unit, dibandingkan 8.850 unit pada Maret 2025.
Kemudian, penjualan mobil listrik pada Mei juga turun 13,63% menjadi 6.393 unit, dan lanjut melemah menjadi 5.501 unit pada Juni 2025.
Adapun, pasar mobil listrik di Indonesia diramaikan oleh pabrikan asal China. Terlebih, sejumlah merek seperti Wuling, Chery, Aion hingga XPeng sudah mulai memproduksi lokal. Sementara, BYD masih dalam tahap pembangunan pabrik yang diestimasikan rampung akhir 2025.
Data Penjualan Mobil Listrik Januari-Juni 2025:
- Januari: 2.517 unit
- Februari: 5.183 unit
- Maret: 8.850 unit
- April: 7.402 unit
- Mei: 6.393 unit
- Juni: 5.501 unit