Bisnis.com, JAKARTA – Great Wall Motor (GWM) mengungkap tidak akan menggunakan strategi perang harga untuk menghadapi persaingan dengan para pabrikan mobil listrik asal China lainnya yang kini mendominasi di Tanah Air.
Sebagaimana diketahui, GWM telah resmi meluncurkan mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) yakni Ora 03 BEV yang akan bersaing langsung dengan beberapa model mobil listrik asal 'Negeri Tirai Bambu' seperti BYD, Wuling, Geely hingga Aion.
Strategy & Marketing Director GWM Indonesia Martina Danuningrat mengatakan, sesuai dari arahan prinsipal GWM, perseroan lebih mengedepankan strategi untuk meningkatkan kualitas produk, dibandingkan perang harga dengan pabrikan lainnya.
"Perang harga itu sangat kurang baik lah ya. Jadi, kami percaya akan kualitas yang kami miliki tanpa harus menggunakan perang harga," ujar Martina saat peluncuran GWM Ora 03, Kamis (26/6/2025).
Adapun, mobil listrik GWM Ora 03 dibanderol seharga Rp379 juta on the road (OTR) Jakarta. Menariknya, GWM memberikan harga promo yakni Rp369 juta mulai peluncuran hari ini hingga ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) yang akan digelar pada 24 Juli hingga 3 Agustus 2025 di ICE BSD City, Tangerang.
Lebih lanjut dia mengatakan, pada tahap awal, GWM masih mengimpor secara utuh (completely built up/CBU) mobil listrik Ora 03 BEV dari Thailand.
Baca Juga
Namun, perseroan berkomitmen untuk memproduksi secara lokal (completely knocked down/CKD) di pabrik GWM yang berlokasi di Wanaherang, Jawa Barat pada akhir 2025.
Menurutnya, perseroan berkomitmen untuk menstabilkan harga GWM Ora 03 agar tetap sama antara yang masih diimpor utuh maupun yang nantinya sudah dirakit lokal di Wanaherang.
“Karena kami yakin kalau GWM memang memiliki kualitas yang premium. Jadi memang harga itu kami stabilkan dari meskipun CKD maupun dari CBU itu harganya tetap sama,” katanya.
Adapun, setelah nantinya dirakit lokal, GWM akan terus meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga mencapai 40% guna mendapatkan insentif pajak dari pemerintah.
Mengacu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025 (PMK 12/2025), pemerintah memberikan insentif PPN DTP 10% untuk mobil listrik yang diproduksi di dalam negeri (completely knocked down/CKD) dengan syarat minimum tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 40%.
“Oh ya, nanti kan kami juga pasti salah satunya baterainya akan dari lokal ya. Jadi memang komponen lokalnya kami usahakan hingga sampai dengan 40%,” pungkas Martina.
Adu Laris Mobil Listrik Mei 2025
Di lain sisi, sederet merek mobil listrik berbasis baterai (BEV) saling berlomba membukukan penjualan terlaris di Indonesia pada Mei 2025.
Adapun, Grup BYD masih menjadi pemimpin pasar di segmen BEV, melibas capaian penjualan Wuling Motors hingga Chery.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, total penjualan wholesales mobil listrik BEV pada Mei 2025 sebesar 6.391 unit. Angka itu turun 13,63% secara bulanan (month-to-month/MtM) dibandingkan 7.400 pada April 2025.
BYD Sealion 7 masih bertengger di posisi pertama dengan capaian penjualan 1.232 unit pada Mei, namun capaian tersebut turun 31,28% dibandingkan bulan sebelumnya.
Selanjutnya, di posisi kedua masih dihuni oleh Grup BYD, yaitu MPV listrik BYD M6 yang mencatatkan penjualan 1.184 unit disusul sub-merek premium, Denza D9 sebanyak 630 unit. Seluruh penjualan mobil listrik BYD dikapalkan langsung dari China.
SUV listrik off-road Chery J6 juga laris diburu konsumen dengan capaian penjualan 580 unit pada Mei 2025. Mobil tersebut sudah diproduksi lokal di fasilitas milik mitra Chery, PT Handal Indonesia Motor (HIM) yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat.
Kemudian, Wuling Air EV dan Wuling Binguo EV masing-masing mencatatkan penjualan sebanyak 419 unit pada bulan kelima 2025. Kedua model itu juga diproduksi secara lokal di fasilitas perakitan Wuling yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat.
Alhasil, sepanjang Januari-Mei 2025, penjualan mobil BEV tembus 30.327 unit, mencerminkan tingginya antusiasme konsumen di Indonesia terhadap mobil listrik.